Jumat, 13 Desember 2013
Sepenggal Kisah Getir Masinis Tragedi Bintaro
02.13Di usianya yang renta,Slamet Suradio [ 71 ] atau kerap disapa mbah slamet ini tinggal di rumah yang sangat terpencil di kawasan krajan kidul RT 002/002 Desa Gintungan,Kecamatan Gebang,Kabupaten Purworejo,Jawa Tengah.Sehari – hari Mbah Slamet berprofesi sebagai pedagang rokok di kawasan perempatan Bank BRI tidak jauh dari stasiun Kutoarjo.
Dengan berpenghasilan yang minim yaitu sekitarRp.5000 per hari ini ia kumpulkan untuk kebutuhan sehari bersama istri danketiga anaknya yang saat ini sudah bersekolah.Namun jika tidak mendapatkanhasil atau terlalu minim,mantan masinis Jakarta ini rela tak pulang kerumahnya melainkan tidur di mushola terdekat untuk keesokan paginya melanjutkan berjualan rokok lagi.
Semasa dinas,Mbah Slamet saat itu bekerja sebagai masinis kereta api di lintas Tanah abang – Serpong.Di belakang namanya ada yang mengimbuhi dengan panggilan Mbah Slamet Bintaro.Ya,Mbah Slamet merupakan masinis yang hidup pada tragedi Tabrakan KA di Bintaro pada 19 Oktober 1987silam yang merenggut 152 nyawa manusia dan 300-an yang luka luka.
Mbah Slamet sempat menuturkan pada saat detik –detik kejadian,ia bersama asisten masinis menjalankan KA 225 dari arah Serpongmenuju Tanahabang dan singgah di Stasiun Sudimara.KA 225 yang seharusnya bersilang dengan KA 220 dari arah Tanah abang,ternyata Masinis KA 225 yaitu Mbah Salmet mendapat PTP [ Pemberitahuan Tempat Persilangan ] bahwa KA 225 bersilang dengan KA 220 di Stasiun Kebayoran,surat PTP itu masih disimpannya hingga kini.
Pukul 07.05 terdengar semboyan 40 dari PPKA Stasiun Sudimara dan semboyan 41 dari Kondektur KA 225 dan diterima dengan membunyikan semboyan 35 dari suling lokomotif.Akhirnya iapun menggerakkan KA 225meninggalkan Stasiun Sudimara.
Ketika memasuki tikungan di kawasan Tanah Kusir –Bintaro ini,tiba – tiba dari arah berlawan melaju KA 220 dari arah Tanah abangdi jalur yang sama.tabrakan antara KA225 dan KA 220 pun tak terelakkan dengan korban jiwa yang meninggal maupun luka – luka.
“pada saat dari depan ada kereta masuk,bapak juga kaget dan sudah mencoba untuk mengerem tapi tidak bias karena kereta dari depan terlalu cepat”,ungkapnya.
Mabah Slamet beserta korban lainnya langsung dievakuasi ke Rumah Sakit PELNI.karena saking banyaknya korban,akhirnya sebagian dipindahkan ke RS Cipto Mangunkusumo termasuk Mbah Slamet itu sendiri.”Setelah saya di Rumah Sakit Cipto ada orang yang mengaku kerabat korban mengancam saya.saya nggak tahu orang itu dari mana”,tutur bapak kelahiran Purworejo 18 Agustus1938 ini.
Beberapa hari dirawat,dirinya didatangi beberapa polisi berpakaian preman.dalam keadaan masih terbujur lemas,Mbah Slamet di bawa dan di pindahkan ke RS POLRI Kramatjati.sesampainya di sana dirinya dimintai bukti bukti terkait kecelakaan kereta api tersebut.dikeluarkannya kertas yang ia kantongi .kertastersebut adalah kertas bukti PTP [ Pemberitahuan Tempat Persilangan ] yang ia dapatkan dari Stasiun Sudimara.
Tetapi apa dikata,dirinya pun tetap dijerat hukum.pengadila npun berkata lain,dalam keadaan sakit Mbah Slamet pun tetap dijatuhi hukuman 5 tahun penjara karena satu satunya masinis yang selamat dan dijadikan tersangka karena dianggap lalai dalam menjalankan tugas.
“Bapak juga tidak mengerti kenapa bisa dipenjara,padahal bapak sudah menjalankan tugas dengan baik.dari Stasiun Sudimara,kereta sudah boleh diberangkatkan tapi kenapa pas di perjalanan ada kereta masuk jalur saya dari arah berlawanan,”tutur Mbah Slamet.
Mbah Slamet dijebloskan ke penjara selama 5 tahun mulai tahun 1989 hiingga 1996.namun Mbah Slamet sempat mendapat keringanan masa tahanan [ Remisi ] dari presiden menjadi 3,5 tahun.ia hanya menjalankan masa tahanan di LP Cipinang hingga tahun 1991.
“Waktu saya bebas dari penjara,saya tidak tahu mau kemana lagi,akhirnya saya ingat bahwa ada kawan saya yang tinggal di Cipinang Muara.sampai semuanya tenang saya boleh tinggal di tempat kawan saya,ungkap Mbah Slamet.
Setelah di bebaskan dari penjara ternyata istri dan anaknya telah meninggalkannya,hanya awal – awal di LP cipinang dirinnya dijenguk sang istri.tragisnya,3 tahun kemudian Mbah Slamet mendapatkan surat yang dititipkan melalui lamin,rekannya yang dinas di Stasiun Rangkasbitung.
Surat itu ternyata berisi pemecatan yang ditandatangani menteri perhubungan yang tertanggal 13 agustus 1996.Ia merasa pengabdian selama tahun 1964 hingga 1996 seakan tak ada artinya.satu hal yang dia sayangkan karena dirinya dipecat tanpa adanya perundingan.
“Saya Kira Itu Surat Biasa,nggak tahunya surat pemberhentian dari menteri perhubungan dan kantor pusat kereta api.padahal sedikit lagi saya mau pensiun,tapi 32 tahun sudah selama ini di masa – masa akhir saya tidak mendapatkan apa –apa” tuturnya dengan raut kesedihan.
Tiada harapan lagi Mbah Slamet pun pulang ke kampung asalnya dan menikah dengan Tuginem [ 42 ].kini dirinya di karuniai 3 orang anak yang masih bersekolah.anak yang bungsu masih bersekolah kelas 4 SD.untuk menahkafi keluarganya,Mbah Slamet sehari – hari hanya berjualan rokok eceran diperempatan terminal /BRI Kutoarjo.kalau dulu berangkat dari rumah menuju kutoarjo ditempuh dengan sepeda onthel kesayangannya,namun karena penglihatan yang saat ini kurang jelas,ia memutuskan menggunakan angkutan umum.meskipun jalannya sudah tertatih tatih,namun tidak menyurutkan semangat Mbah Slamet untuk mengais rezeki.
“Saya hanya mau dana terakhir pensiunnya saja dari kantor pusat atau menteri perhubungan.saya nggak mau menuntut hal –hal yang lain.Cuma mau dana pensiun saja supaya menghidupi keluarga saya”.itulah harapan Mbah Slamet yang samapi saat ini belum terwujud,karena beliau merasa tidak bersalah untuk menjalankan KA 225 tersebut pada saat kejadian.
Kepada para masinis kereta api maupun awak KA,MabhSlamet berpesan agar selalu berhati hati dalam menjalankan tugas supaya kejadian terburuk dalam sejarah perkeretaapian ini tidak terulang kembali.”kalau menjalankan kereta jangan samapai mengantuk,istirahat yang cukup supaya perjalanan aman dan lancar”ucapnya berpesan.
Sumber :Majalah Kereta Api Edisi 52,November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar