Rabu, 11 Desember 2013

Aset Jalur Mati Di Jawa Tengah Dan DIY


Stasiun Parakan Di Jalur Mati Yogyakarta - Magelang - Parakan
Khusus di jawa tengah ,panjang rel yang masih dilalui kereta sepanjang 1.011 kilo meter,mulai dari Sragen – Solo – Yogya – Kroya – Purwokerto di jalur selatan dan Cepu – Semarang – Pekalongan – Tegal – di jalurutara,serta jalur – jalur Solo – Semarang dan Purwokerto – Prupuk – Cirebon.Sedang jalur rel yang mati sepanjang 585 kilometer.Dimana sebagian relnya sudah terpendam dan hilang.jalur mati tersebut meliputi daerah Yogyakarta – Temanggung,Purwokerto – Wonosobo,Semarang – Rembang dan Demak – Blora serta cabang – cabangnya

Memutus Semarang Yogya

Jaringan rel yang kini sudah mati tersebut,salah satunya merupakan sambungan jalur rel kereta apoi yang pertama di Indonesia,kemidjen [ Semarang Gudang ] – Tanggoeng.Sambungan jalur ini menuju Kedungjati – Ambarawa sepanjang 37 Km yang dibuka 21 Mei 1873.Jalur tersebut berhenti di Ambarawa karena NISM memilih membangun jalur Kedungjati – Gundih – Solo – Klaten – Yogyakarta yang hingga kini masih berfungsi. Baru tahun 1898 NISM ingin menyambung jalur Yogyakarta – Ambarawa.Pembangunannya dimulai dari Yogyakarta – Magelang sepanjang 47 Km dan beroperasi 1 Juli 1898.Dilanjutkan Magelang – Secang sejauh 10 Km pada 15 Mei 1903.

Jalur Yogyakarta – Ambarawa pun tersambung dengan dibukanya jalur Secang – Ambarawa sepanjang 27 Km pada 1 Februari 1905.Dari Secang NISM juga menambah jalur ke Temanggung – Parakan yang kaya akan kebun tembakau pada 1 Juli 1907.Ini Berarti jalur lingkar Semarang – Solo – Yogyakarta – Ambarawa – Semarang Dikuasai NISM.Namun jalur Yogyakarta – Secang – Ambarawa – Kedungjati ini ditutup pemerintah Indonesia tahun 1976.Jalur Yogyakarta – Semarang pun terputus.

Kebun tembakau di wonosobo dan Temanggung juga menarik Serajoedal Stoomtram Maatschappij [ SDS ] untuk membangun jalur kereta di wilayah tersebut.Dari Maos SDS membangun jalur ke Kroya – Purwokerto tahun 1896 [ jalur hingga kini masih aktif ].Dari Purwokerto disambung ke sukaraja – purworejo – Banjarnegara – Wonosobo pada tahun 1896 – 1917.Tampaknya antara SDS dengan NISM tak ada kecocokan sehingga jalur Wonosobo – Parakan – Temanggung yang tinggal belasan kilometer saja tidak tersambung.

Semarang Joana Stoomtram Maatschappij [ SJS ] lebih tertarik wilayah hutan jati di lintas utara Semarang – Bojonegoro.Tahun 1883 – 1900,SJS membangun jalur Semarang – Demak – Kudus –Pati – Rembang hingga Lasem.SJS juga membangun jalur demak – Purwodadi – Wonosari – Ngawen – Blora tahun 1884 – 1894,dan Rembang – Blora – Cepu tahun 1901 – 1903.Termasuk jalur – jalur cabang di wilayah tersebut,seperti purwodadi – Gundih [ 1884 ],Wirosari – Kradenan [ 1894 ],dan Kudus – Pacangaan [ 1887 – 1895 ].

Daerah tersebut merupakan tambang emas bagi usaha SJS karena karena wilayah tersebut memiliki hasil bumi yang melimpah seperti :

1.Gula
2.Kapuk
3.Minyak Bumi
4.Kapur
5.Kayu Jati
6.Tras
7.Bahan bangunan lain

Mati Antara 1970 – 1980

Tahun 1976 pemerintah menutup jalur Yogyakarta – Ambarawa – Kedungjati.praktis jalur itupun mati.namun stasiun ambarawa [ Willem I ] yang kini disebut museum KA Ambarawa,masih menjalankan kereta dan lori wisata Ambarawa – Bedono dan Ambarawa – Tuntang.rencananya kereta wisata akan di teruskan hingga secang.stasiun temanggung hingga tahun 1970 masih beroperasi.stasiun ini malah di tutup lebih awal dari jalur Yogyakarta – Kedungjati pada 1973.

Sumber : Majalah Kereta Api Edisi 52,November 2010


0 komentar:

Posting Komentar