![]() |
Stasiun Parakan Di Jalur Mati Yogyakarta - Magelang - Parakan |
Khusus
di jawa tengah ,panjang rel yang masih dilalui kereta sepanjang 1.011 kilo
meter,mulai dari Sragen – Solo – Yogya – Kroya – Purwokerto di jalur selatan
dan Cepu – Semarang – Pekalongan – Tegal – di jalurutara,serta jalur – jalur
Solo – Semarang dan Purwokerto – Prupuk – Cirebon.Sedang
jalur rel yang mati sepanjang 585 kilometer.Dimana sebagian relnya sudah
terpendam dan hilang.jalur mati tersebut meliputi daerah Yogyakarta –
Temanggung,Purwokerto – Wonosobo,Semarang – Rembang dan Demak – Blora serta
cabang – cabangnya
Memutus Semarang Yogya
Jaringan
rel yang kini sudah mati tersebut,salah satunya merupakan sambungan jalur rel
kereta apoi yang pertama di Indonesia,kemidjen [ Semarang Gudang ] –
Tanggoeng.Sambungan jalur ini menuju Kedungjati – Ambarawa sepanjang 37 Km yang
dibuka 21 Mei 1873.Jalur tersebut berhenti di Ambarawa karena NISM memilih
membangun jalur Kedungjati – Gundih – Solo – Klaten – Yogyakarta yang hingga
kini masih berfungsi. Baru tahun 1898 NISM ingin menyambung jalur Yogyakarta –
Ambarawa.Pembangunannya dimulai dari Yogyakarta – Magelang sepanjang 47 Km dan
beroperasi 1 Juli 1898.Dilanjutkan Magelang – Secang sejauh 10 Km pada 15 Mei
1903.
Jalur
Yogyakarta – Ambarawa pun tersambung dengan dibukanya jalur Secang – Ambarawa
sepanjang 27 Km pada 1 Februari 1905.Dari Secang NISM juga menambah jalur ke
Temanggung – Parakan yang kaya akan kebun tembakau pada 1 Juli 1907.Ini Berarti
jalur lingkar Semarang – Solo – Yogyakarta – Ambarawa – Semarang Dikuasai
NISM.Namun jalur Yogyakarta – Secang – Ambarawa – Kedungjati ini ditutup
pemerintah Indonesia tahun 1976.Jalur Yogyakarta – Semarang pun terputus.
Kebun
tembakau di wonosobo dan Temanggung juga menarik Serajoedal Stoomtram
Maatschappij [ SDS ] untuk membangun jalur kereta di wilayah tersebut.Dari Maos
SDS membangun jalur ke Kroya – Purwokerto tahun 1896 [ jalur hingga kini masih
aktif ].Dari Purwokerto disambung ke sukaraja – purworejo – Banjarnegara –
Wonosobo pada tahun 1896 – 1917.Tampaknya antara SDS dengan NISM tak ada
kecocokan sehingga jalur Wonosobo – Parakan – Temanggung yang tinggal belasan
kilometer saja tidak tersambung.
Semarang
Joana Stoomtram Maatschappij [ SJS ] lebih tertarik wilayah hutan jati di
lintas utara Semarang – Bojonegoro.Tahun 1883 – 1900,SJS membangun jalur
Semarang – Demak – Kudus –Pati – Rembang hingga Lasem.SJS juga membangun jalur
demak – Purwodadi – Wonosari – Ngawen – Blora tahun 1884 – 1894,dan Rembang –
Blora – Cepu tahun 1901 – 1903.Termasuk jalur – jalur cabang di wilayah
tersebut,seperti purwodadi – Gundih [ 1884 ],Wirosari – Kradenan [ 1894 ],dan
Kudus – Pacangaan [ 1887 – 1895 ].
Daerah
tersebut merupakan tambang emas bagi usaha SJS karena karena wilayah tersebut
memiliki hasil bumi yang melimpah seperti :
1.Gula
2.Kapuk
3.Minyak
Bumi
4.Kapur
5.Kayu
Jati
6.Tras
7.Bahan
bangunan lain
Mati Antara 1970 – 1980
Tahun
1976 pemerintah menutup jalur Yogyakarta – Ambarawa – Kedungjati.praktis jalur
itupun mati.namun stasiun ambarawa [ Willem I ] yang kini disebut museum KA
Ambarawa,masih menjalankan kereta dan lori wisata Ambarawa – Bedono dan
Ambarawa – Tuntang.rencananya kereta wisata akan di teruskan hingga
secang.stasiun temanggung hingga tahun 1970 masih beroperasi.stasiun ini malah
di tutup lebih awal dari jalur Yogyakarta – Kedungjati pada 1973.
Sumber :
Majalah Kereta Api Edisi 52,November 2010
0 komentar:
Posting Komentar