Selasa, 25 Desember 2012

New Dangdut Song




Denis Arista - Mendut Yang
Eny Sagita - Call Me
Evie Tamala - Cinta Ketok Magic
Evie Tamala - Cinta Ketok Magic [ Sunda Ver. ]
Linda Carella - Mendut Yang
OM Sagita - Bojo Loro
Vivi Rosalita - Cinta Ketok Magic
Wiwik Sagita - ABG Tua

Senin, 24 Desember 2012

New Update Of Anime Soundtrack

Hyakko Original Soundtrack



01. Kamizono Gakuen no Theme
02. Torako no Theme
03. Suzume no Theme
04. Tatsuki no Theme
05. Ayumi no Theme
06. Andou Nene no Theme
07. Makunouchi no Theme
08. Kobayashi Koma no Theme
09. Suzugazaki Chie no Theme
10. Tsubomiya Inori no Theme
11. Ooba Minato no Theme
12. Kazamatsuri Touma no Theme
13. Nikaidou Hitsugi no Theme
14. Kageyama Kitsune no Theme
15. Kageyama Oniyuri no Theme
16. Torako no Theme So no 2 (Comical Ver.)
17. Shotaimen no 4nin no Iki Tougou
18. Battle
19. Club Kan'yuu & Taiken
20. Shukumei no Taiketsu
21. Andou Nene no Theme (Blues Ver.)
22. Hokou Robot, Hoko Chan
23. Kawaii Ayumi
24. Otoko no Mousou
25. Shishimaru Koi Suru Shi
26. Koma Shoushou
27. Ayumi no Theme (Ochikomi Ver.)
28. Ayumi no Theme (Hard Rock Ver.)
29. Makunouchi Ushio no Theme So no 2
30. Ushio to Torako
31. Tatsuki no Fuan
32. Moriagaru Nakama
33. Unmei no Tatakai Hajimaru
34. Horror Eigateki
35. Oshare San Tachi
36. Ayumi no Theme
37. Ooba Minato no Theme (Metal Ver.)
38. Suzume no Tabemono Atsume
39. Kazamatsuri Touma no Theme (Sawayaka Ver.)
40. Kaisou Deai
41. Dodgeball Battle
42. Torako no Theme So no 2
43. Kyoudai
44. Torako no Theme So No 2 (Hourou Ver.)
45. Jouen Gakuen no Ame no Yokake
46. Suppin Rock (Anime )
47. NAMIDA (Anime )

http://www.mediafire.com/?5uc5l64u2gihnxo


Princess Mononoke OST



1. The Legend of Ashitaka
2. The Demon God
3. The Journey to the West
4. The Demon Power
5. The Land of the Impure
6. The Encounter
7. Kodamas
8. The Forest of the Gods
9. Evening at the Ironworks
10. The Demon God 2 - The Lost Mountains
11. Lady Eboshi
12. The Tatara Women Work Song
13. The Furies
14. The Young Man From the East
15. Requiem
16. Will to Live
17. San and Ashitaka in the Forest of the Deer God
18. Princess Mononoke Theme Instrumental
19. Requiem 2
20. The Battle Drums
21. The Battle in Front of the Ironworks
22. The Demon Power 2
23. Requiem 3
24. The Retreat
25. The Demon God 3
26. Adagio of Life And Death
27. The World of the Dead
28. The World of the Dead 2
29. Adagio of Life And Death 2
30. Ashitaka and San
31. Princess Mononoke [Vocal Theme]
32. The Legend of Ashitaka Theme [End Credit]


http://www.4shared.com/rar/QXFctqgv/princess_mononoke_-_soundtrack.html


Shugo Chara! OST 3




1. Embryo
2. Waratte, Rima
3. Ougon no Ouji
4. Kourin!
5. Yoru no Shizuku
6. Kairi, Yureru Kokoro
7. Platinum Royal
8. Monou ge na Hitomi
9. Kodoku
10. Itami
11. Shinpi
12. Hana no Yousei
13. L'apres-midi Calme
14. My Wonderful Town
15. Oyasuminasai
16. Senritsu
17. Omowaku
18. Yoake


4SHARED


Innocent Key – Ani*Nabe ~Motteke! Anison~



1. Motteke! Sailor Fuku (Lucky Star)
2. Neko Mimi Mode (Tsukuyomi Moonphase)
3. Happy Material (Mahou Sensei Negima!)
4. Bara Goku Otome (Rozen Maiden: Overture)
5. ETERNAL BLAZE (Mahou Shoujo Lyrical Nanoha A’s)
6. Hare Hare Yukai (Suzumiya Haruhi no Yuutsu)
7. Kaidoku Funou (Code Geass)
8. Omna Magni (Sousei no Aquarion)
9. Quiet Night C.E73 (Gundam Seed Destiny)
10. Tsuki no Waltz (Minna no Uta)
11. God Knows… (Suzumiya Haruhi no Yuutsu)
12. Sousei no Aquarion (Sousei no Aquarion)
13. Akatsuki no Kuruma (Gundam Seed Special)
14. Kaze no Tadori Tsuku Basho (Kanon 2)
15. Oshiete Sensei-san (Bottle Fairy)


http://www.mediafire.com/


Basquash! ED Single - free [Yamada Yuu]



1. free
2. Gonna Believe


MEDIAFIRE


Valkyria Chronicles OP single - Asu e no Kizuna [ Himeka ]



1. Asu e no Kizuna
2. Sayonara Solitia
3. Asu e no Kizuna ~Instrumental~


IDWS MP3* | IDWS PV*| MEDIAFIRE

*credit to uploader

Hayate no Gotoku 2nd Season - Wonder Wind [Elisa ]




01 Wonder Wind
02 Rinrin to
03 Wonder Wing -instrumental-
04 Rinrin to -instrumental-


MEDIAFIRE


Here Some Scans









Natsu no Arashi! OP Single - Atashi Dake ni Kakete (Omokage Lucky Hole)



1. Atashi Dake ni Kakete
2. SO-SO-I-DE
3. Atashi Dake ni Kakete (off vocal ver.)
4. SO-SO-I-DE (off vocal ver.)


MEDIAFIRE


Tayutama Kiss on my Deity Op - The fine every day [ Kicco ]



01 The fine every day
02 Passionate Wobble
03 The fine every day (Off Vocal)
04 Passionate Wobble (Off Vocal)


MEDIAFIRE


Hetalia Axis Powers OP ED Single - Marukaite Chikyuu [Namikawa Daisuke]



01 - Marukaite Chikyuu
02 - Germany ni Sasageru Italy no Uta
03 - Hetalia no Ooinaru Sekai
04 - Chibitalia no Theme
05 - Marukaite Chikyuu Inst


MEDIAFIRE


Megumi Hayashibara - Shuuketsu no Sono e
Neon Genesis Evangelion related (CR Shin Seiki Evangelion -Saigo no Shisha-)



1. Shuuketsu no Sono e
2. Shuuketsu no Sono e ~ AYANAMI ver. ~
3. Shuuketsu no Sono e ( off vocal version )
4. Shuuketsu no Sono e ~ AYANAMI ver. ~ ( off vocal version )


MEDIAFIRE


EXIT TRANCE PRESENTS SPEED Anime Toransu BEST 6



motto☆派手にね! feat.CAMRY - DJ Sa9
プレパレード - MAKI+Ma15
resonance feat.YUKI - Acid Stone Valley
雨が降る feat.MAKI - MK
Beautiful fighter - YURiE
MY WINGS Feat.MAKI - DJ Sa9
PSI-missing Feat. Latte - Icon
Pray feat.KANA - Acid Stone Valley
Lilium feat.cherry - Judas
バニラソルト feat.MAKI - MK
Catch You Catch Me Feat.CAMRY - Starving Trancer
約束の場所へ feat.KANA - Dizzi Mystica
ニンジーンloves You Yeah! Feat.MAKI - B.U.S feat.chum
CANDY☆POP☆SWEET☆HEART feat.CAMRY - DJ Sa9
乙女はDO MY BESTでしょ? Feat.Ma15 - Icon
ハヤテのごとく! feat.MAKI - Hommarju
WORLD END Feat.TAKANORI+YUKI - B.U.S feat.chum
焔の扉 feat.YURiE - Ryu*
宇宙に咲く feat.YURiE - Acid Stone Valley
儚くも永久のカナシ feat.NON - Hommarj


MF [ PART 01 ] MF [ PART 02 ]


Hetalia Character Single Vol. 3 – Japan



1. Country From Where The Sun Rises, Zipangu
2. Excuse Me, I Am Sorry
3. Ghost Culture Of England And Japan ~Mini Drama
4. Country From Where The Sun Rises, Zipangu ~Instrumental Ver.
5. Excuse Me, I Am Sorry ~Instrumental Ver.


MEDIAFIRE

Senin, 17 Desember 2012

Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman Part 6


Yups lanjut lagi tulisan saya tentang dusun Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman,tema masih sama seperti tulisan saya di Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman Part 5.....daripada kelamaan langsung cekidot aja dah hehehe :




Jalan Dumung [ Kobra Hitam ] Dan Jalan Sendok [ Ular Sendok/ Ular Kobra ]




Nama jalan ini diambil dari ular berjenis sama yaitu ular kobra tapi berbeda warna dan nama ilmiahnya.
Ular sendok atau yang juga dikenal dengan nama kobra adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut ular sendok (Jw., ula irus) karena ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya apabila merasa terganggu oleh musuhnya. Leher yang memipih dan melengkung itu serupa bentuk sendok atau irus (sendok sayur).



Istilah kobra dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Inggris, cobra, yang sebetulnya juga merupakan pinjaman dari bahasa Portugis. Dalam bahasa terakhir itu, cobra merupakan sebutan umum bagi ular, yang diturunkan dari bahasa Latin colobra (coluber, colubra), yang juga berarti ular. Ketika para pelaut Portugis pada abad ke-16 tiba di Afrika dan Asia Selatan, mereka menamai ular sendok yang mereka dapati di sana dengan istilah cobra-capelo, ular bertudung. Dari nama inilah berkembang sebutan-sebutan yang mirip dalam bahasa-bahasa Spanyol, Prancis, Inggris dan lain-lain bahasa Eropa.



Ular sendok dalam bahasa Indonesia merujuk pada beberapa jenis ular dari marga Naja. Sedangkan ular king-cobra (Ophiophagus hannah) biasanya disebut dengan istilah ular anang atau ular tedung.



Ragam Jenis dan Penyebarannya



Kobra biasanya berhabitat daerah tropis dan gurun di Asia dan Afrika. Beberapa jenis kobra dapat mencapai panjang 1,2–2,5 meter. King-cobra bahkan dapat tumbuh sampai dengan 5,6 m, dan merupakan jenis ular berbisa terbesar di dunia.


Asia memiliki banyak jenis kobra, sekurang-kurangnya dua jenis kobra sejati didapati di Indonesia. Jenis-jenis itu di antaranya:


1. Kobra india (Naja naja),
berwarna abu-abu kehitaman, kobra ini mempunyai pola gambar kacamata di belakang tudungnya. Menyebar di India, Pakistan, Nepal, Bangladesh dan Sri Lanka.


2. Kobra asia-tengah (Naja oxiana)
menyebar mulai dari Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, Iran, Afganistan, Pakistan, hingga ke India utara.


3. Kobra kaca-tunggal (Naja kaouthia)
alih-alih kacamata, pola gambar di punggungnya berupa kaca-tunggal, yakni pola lingkaran konsentrik mirip huruf O. Ular ini menyebar mulai dari Nepal, India timur laut, Bangladesh, Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam bagian selatan, Tiongkok selatan, dan bagian utara Malaysia.


4. Kobra burma (Naja mandalayensis)
menyebar terbatas di sekitar kota Mandalay. Mampu menyemburkan bisa (spitting cobra).


5. Kobra andaman (Naja sagittifera)
menyebar terbatas di Kep. Andaman


6. Kobra tiongkok (Naja atra)
menyebar di Tiongkok selatan, bagian utara Vietnam, dan Laos.


7. Kobra siam (Naja siamensis)
menyebar di Thailand, Kamboja, sebagian Laos, dan Vietnam bagian selatan. Kerap menyemburkan bisa.


8. Ular sendok sumatra (Naja sumatrana)
juga kerap menyemburkan bisa. Menyebar mulai dari bagian paling selatan di Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra dan pulau-pulau sekitarnya, Borneo, hingga Palawan dan Kep. Calamian di Filipina.


9. Ular sendok jawa (Naja sputatrix)
kerap menyemburkan bisa (bahasa Latin sputare, meludah). Menyebar mulai dari Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores hingga Alor. Kemungkinan juga di pulau-pulau sekitarnya.


10. Kobra filipina (Naja philippinensis)
menyebar di bagian utara dan barat Filipina, di pulau-pulau Luzon, Mindoro, Marinduque, Masbate, dan mungkin pula di Calamian dan Palawan.


11. Kobra mindanao (Naja samarensis)
menyebar di bagian selatan dan timur Filipina, di pulau-pulau Mindanao, Samar, Leyte, Bohol dan sekitarnya.


Sedangkan kobra dari Afrika di antaranya:


12. Kobra mesir (Naja haje)
ular ini dikenal pula dengan nama lain, asp, dan terkenal dalam sejarah karena digunakan oleh Cleopatra, ratu Mesir, untuk bunuh diri.


13. Naja melanoleuca
14. Naja annulifera
15. Naja nigricollis, kobra penyembur dari Afrika.
16. Naja mossambica, kobra Mozambik
17. Naja nivea

dan lain-lain.

Warna yang Mengacaukan

 

Berbagai jenis kobra dapat memiliki warna dari hitam atau coklat tua sampai putih-kuning. Pada masa lalu, warna tubuh dan kemampuan menyemburkan bisa –melalui kombinasi dengan beberapa ciri lainnya– digunakan sebagai dasar untuk membedakan jenis-jenis kobra. Akan tetapi kini diketahui bahwa variasi warna dalam satu jenis (spesies) kobra begitu beragam, sehingga mustahil digunakan sebagai patokan pengenalan jenis. Sebagai teladan, ular sendok Jawa diketahui berwarna hitam kelam di Jawa bagian barat namun kecoklatan hingga kekuningan di Jawa timur dan Nusa Tenggara.



Yang lebih merumitkan ialah beberapa kobra yang berbeda spesiesnya dapat memiliki warna atau pola warna yang bermiripan. Di Thailand umpamanya, yang memiliki beberapa jenis kobra, peneliti harus lebih berhati-hati untuk menetapkan identitas ular yang ditemuinya. Karena perbedaan spesies ini akan bersifat menentukan bagi hasil risetnya kelak. Perbedaan spesies ini juga berarti perbedaan karakter bisa (racun), yang penting untuk diketahui apabila menangani korban gigitan ular.


Bisa Ular sendok

 

Bisa atau racun ular sendok merupakan salah satu yang terkuat dari jenisnya, dan mampu membunuh manusia. Ular sendok melumpuhkan mangsanya dengan menggigit dan menyuntikkan bisa neurotoxin pada hewan tangkapannya (biasanya binatang mengerat atau burung kecil) melalui taringnya. Bisa tersebut kemudian melumpuhkan syaraf-syaraf dan otot-otot si korban (mangsa) dalam waktu yang hanya beberapa menit saja.
Selain itu, ular sendok dapat melumpuhkan korbannya dengan menyemprotkan bisa ke matanya; namun tidak semua kobra dapat melakukan hal ini.


Kobra hanya menyerang manusia bila diserang terlebih dahulu atau merasa terancam. Selain itu, kadang mereka juga hanya menggigit tanpa menyuntikkan bisa (gigitan ‘kosong’ atau gigitan ‘kering’). Maka tidak semua gigitan kobra pada manusia berakhir dengan kematian, bahkan cukup banyak persentase gigitan yang tidak menimbulkan gejala keracunan pada manusia.



Meski demikian, orang harus tetap berwaspada apabila tergigit ular ini, namun jangan panik. Yang terbaik, perlakukan luka gigitan dengan hati-hati tanpa membuat luka-luka baru di sekitarnya (misalnya untuk mencoba mengeluarkan racun). Jika mungkin, balutlah dengan cukup kuat (balut dengan tekanan) bagian anggota tubuh antara luka dengan jantung, untuk memperlambat –namun tidak menghentikan– aliran darah ke jantung. Usahakan korban tidak banyak bergerak, terutama pada anggota tubuh yang tergigit, agar peredaran darah tidak bertambah cepat. Kemudian bawalah si korban sesegera mungkin ke rumah sakit untuk memperoleh antibisa (biasanya di Indonesia disebut SABU, serum anti bisa ular) dan perawatan yang semestinya.



Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.

Gejala-gejala Keracunan

 

Penting untuk diingat sekali lagi, bahwa gigitan ular sendok pada manusia tidak semuanya berakhir dengan kematian. Pada kebanyakan kasus gigitan, ular menggigit untuk memperingatkan atau mengusir manusia. Sehingga hanya sedikit atau tidak ada racun yang disuntikkan. Jika pun racun masuk dalam jumlah yang cukup, apabila korban ditangani dengan baik, umumnya belum membawa kematian sampai beberapa jam kemudian. Jadi, kematian tidak datang seketika atau dalam beberapa menit saja. Tidak perlu panik.


Bisa kobra, seperti umumnya Elapidae, terutama bersifat neurotoksin. Yakni memengaruhi dan melumpuhkan kerja jaringan syaraf. Si korban perlahan-lahan akan merasa mengantuk (pelupuk mata memberat), kesulitan bernafas, hingga detak dan irama jantung terganggu dalam beberapa jam kemudian.



Akan tetapi tak serupa dengan akibat gigitan ular Elapidae lainnya, bisa ular sendok Jawa dan Sumatra dapat merusak jaringan di sekitar luka gigitan. Jadi, juga bersifat hemotoksin. Lebam berdarah di bawah kulit dapat terjadi, dan rasa sakit yang amat sangat muncul (namun tidak selalu) dalam menit-menit pertama setelah tergigit. Sekitar luka akan membengkak, dan bersama dengan menjalarnya pembengkakan, rasa sakit juga turut menjalar terutama di sekitar persendian. Lebam lama-lama akan menghitam dan menjadi nekrosis Dalam pada itu, kemampuan pembekuan darah pun turut menurun.



Tanpa gejala-gejala di atas, kemungkinan tidak ada racun yang masuk ke tubuh, atau terlalu sedikit untuk meracuni tubuh orang. Namun juga perlu diingat, bahwa umumnya gigitan ular –berbisa atau pun tidak– hampir pasti menumbuhkan ketakutan atau kekhawatiran pada manusia. Telah demikian tertancam dalam jiwa kita manusia, anggapan yang tidak tepat, bahwa (setiap) ular itu berbisa dan (setiap) gigitan ular akan mengakibatkan kematian.



Pada kondisi yang yang berlebihan, rasa takut ini dapat mengakibatkan syok (shock) pada si korban dengan gejala-gejala yang mirip. Korban akan merasa lemah, berkeringat dingin, detak jantung melemah, pernapasan bertambah cepat dan kesadarannya menurun. Bila terjadi, syok ini penting untuk ditangani karena dapat membahayakan jiwa pula. Akan tetapi ini bukanlah gejala keracunan, sehingga sangat penting untuk mengamati perkembangan gejala pada korban gigitan untuk menentukan tindakan penanganan yang tepat.



Jalan Welang Dan Weling [ Ular Welang Dan Weling ]




Welang (Bungarus fasciatus) adalah nama sejenis ular berbisa anggota suku Elapidae. Umum biasa menyebutnya sebagai ular belang (Ind.) atau oray belang (Sd.), nama yang sedikit banyak menyesatkan karena digunakan pula untuk menyebut ular lain yang serupa dan berkerabat dekat: ular weling (Bungarus candidus).



Kedua ular ini memang mirip bentuk dan warnanya. Nama welang dan weling (dari bahasa Jawa) menunjuk kepada pola belang hitam-putih (atau hitam-kuning) yang berlainan. Pada ular welang, belang hitamnya utuh berupa cincin dari punggung hingga ke perut; sedangkan pada ular weling belang hitamnya hanya sekedar selang-seling warna di bagian punggung (dorsal), sementara perutnya (ventral) seluruhnya berwarna putih.
Dalam bahasa Inggris, ular welang dikenal sebagai Banded Krait. Sementara nama ilmiahnya, Bungarus fasciatus, berasal dari kata dalam bahasa Telugu (India) bungarum yang berarti ‘emas’, merujuk pada belang warna kuning di tubuhnya, dan kata bahasa Latin fasciata yang berarti ‘berbelang’ (fascia, belang atau pita).

 

Pengenalan

 

Ular yang berukuran sedang, dengan panjang maksimum yang tercatat 2125 mm; akan tetapi umumnya ular dewasa hanya sekitar 1,5 m atau kurang. Sekitar sepersepuluh dari panjang itu adalah ekornya, yang berujung tumpul buntek. Bentuk badan menyegitiga, dengan punggung yang membentuk sudut di atas. Berwarna menyolok, belang-belang hitam kuning (atau hitam putih), kurang lebih sama lebar antara kedua warna itu. Warna hitamnya terus bersambung hingga ke sisi perutnya (lihat gambar no. 6 di bawah), kecuali pada sepertiga bagian muka tubuhnya. Kepala lebar dan gepeng dengan pola di atasnya seperti anak panah berwarna hitam (gambar no.2), dan bibir yang berwarna kekuningan atau keputihan kusam.



 Sisik-sisik dorsal (punggung) dalam 15 deret di tengah badan, sisik-sisik vertebral (di atas tulang punggung) membesar dan berbeda bentuknya dari sisik-sisik dorsal yang lain, membentuk semacam gigir di atas punggung (gambar no 5). Sisik-sisik ventral (perut) 200—234 buah, sisik anal tunggal, dan sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) 23—39 buah, tak berpasangan. Sisik-sisik labial (bibir) atas 7 buah, no-3 dan -4 menyentuh mata.



Jalan Gadung [ Ular Gadung ]




Ular gadung adalah sejenis ular berbisa lemah yang tidak berbahaya dari suku Colubridae. Secara umum, di wilayah Indonesia barat ular ini disebut dengan nama ular pucuk. Nama-nama daerahnya di antaranya oray pucuk (Sd.), ula gadung (Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Oriental whip-snake.
Disebut ular gadung karena ular ini sepintas menyerupai pucuk tanaman gadung (Dioscorea hispida) yang hijau lampai.


Pemerian

 

Ular berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem atau keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk.
Kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Panjang moncong sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi dengan lekukan serupa saluran horizontal ke arah hidung, memungkinkan mata melihat dengan pandangan stereoskopik dan memperkirakan lokasi mangsa dengan lebih tepat.



Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau hijau agak muda, merata hingga ke ekor yang biasanya sedikit lebih gelap. Terkadang, bila merasa terusik, ular pucuk atau biasa disebut ular gadung pari (nama lain di jawa tengah)akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa huruf S, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh (ventral) hijau pucat keputihan, dengan garis tipis kuning keputihan di sepanjang tepi bawah tubuh (ventrolateral).



Perisai (sisik-sisik besar) di bibir atas (supralabial) 8-9 buah, yang nomor 4 sampai 6 menyentuh mata. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret, 13 deret di dekat ekor. Sisik-sisik ventral 189-241 buah; sisik anal berbelah, jarang tunggal; sisik-sisik subkaudal 169-183 buah (Tweedie 1983: 154-207 buah).


Kebiasaan

 

Ular yang sering terlihat atau didapati di pekarangan, kebun, semak belukar dan hutan. Senang berada di tajuk pepohonan dan semak, ular gadung tidak jarang terlihat menjalar di atas tanah, rerumputan, atau bahkan menyeberangi jalan. Terkadang ular ini terlihat menjulurkan kepalanya di antara dedaunan, dan sesekali bergoyang seolah sulur-suluran tertiup angin.



Ular gadung aktif di siang hari (diurnal), memburu aneka hewan yang menjadi mangsanya; seperti kodok, cecak dan bunglon, serta aneka jenis kadal. Bahkan juga burung kecil dan mamalia kecil.



Seperti banyak jenis ular pohon, ular gadung bersifat ovovivipar. Telurnya menetas di dalam rahim dan keluar sebagai anak sepanjang kurang-lebih 20 cm. Sekali beranak jumlahnya mencapai 9 ekor.
Di Sumatra, ular ini ditemui mulai dari dekat pantai hingga ketinggian 1300 m dpl.



Anak jenis dan Penyebaran



Ada empat anak jenis (subspesies) dari Ahaetulla prasina, yakni:
1.A.p. prasina (Boie, 1827). Menyebar luas mulai dari India di barat, Bangladesh, ke timur hingga Tiongkok (Hong Kong), ke selatan melewati Burma, Indochina, Thailand, Semenanjung Malaya, dan Singapore. Di Indonesia menyebar di pulau-pulau Sumatra (termasuk Simeulue, Nias, Mentawai, Riau, Bangka dan Belitung), Borneo (termasuk Natuna dan Sebuku), Sulawesi (termasuk Buton, Kepulauan Sula dan Sangihe), Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Ternate.
2.A.p. preocularis (Taylor, 1922), menyebar di Filipina, termasuk di Luzon, Panay dan kepulauan Sulu.
3.A.p. suluensis (Gaulke, 1994), menyebar di kepulauan Sulu, Filipina.
4.A.p. medioxima Lazell, 2002.


Daya bisa

 

 

Ular gadung termasuk mudah ditangkap dan mudah dijinakkan. Ketika baru tertangkap, biasanya ular ini lebih agresif dan mudah terprovokasi. Memipihkan lehernya dan menampakkan warna-warna peringatannya, ular gadung akan mencoba menggigit penangkapnya. Namun dengan penanganan yang lemah lembut dan hati-hati, umumnya ular gadung dapat segera ditenangkan.


Bisa ular ini termasuk kategori menengah, dan dapat membunuh seekor burung pipit dalam waktu beberapa menit saja. Akan tetapi sejauh ini diketahui tidak membahayakan manusia. Dampak gigitan bervariasi mulai dari luka gigitan kecil yang sedikit pedih, atau agak gatal, sampai ke pembengkakan ringan disertai sedikit rasa pegal. Secara tradisional, luka ini biasanya diolesi madu, atau diberi antiseptik seperti larutan yodium untuk mencegah infeksi.



Jalan Banyu [ Ular Air Pelangi ]




Ular-air pelangi adalah sejenis ular dari suku Colubridae, anak suku Homalopsinae. Ular ini dinamakan demikian karena warna-warni di tubuhnya menyerupai jalur-jalur warna pada pelangi, meski biasanya tidak begitu cerah. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama rainbow water-snake. Umum mengenalnya sebagai ular air, uler aer (Betawi), ulo banyu (Jawa), dan lain-lain. Sementara nama ilmiahnya adalah Enhydris enhydris (Schneider, 1799).


Pemerian

 

Ular yang umumnya bertubuh relatif kecil sampai sedang, panjang maksimum lebih sedikit dari 80 cm, meski kebanyakan antara 50-60 cm. Berkepala kecil, meski sering berperut gendut, dan berekor pendek.



Punggung (dorsal) umumnya berwarna coklat muda zaitun hingga abu-abu kehitaman, dengan sepasang garis yang kabur batasnya, berwarna lebih terang kecoklatan, agak jauh di sebelah menyebelah garis tulang punggungnya. Sisi samping badan (lateral) sebelah bawah berwarna terang kekuningan atau keputihan, dibatasi dengan garis zigzag kehitaman di sepanjang batas dengan sisik-sisik ventral (perut). Terkadang terlihat garis warna merah jambu agak samar di bagian terang ini, serupa dengan pola renda memanjang. Sisi bawah tubuh (ventral) kekuningan atau keputihan, kadang-kadang dengan bintik-bintik atau garis samar sepanjang garis tengahnya.



Sisik-sisik dorsal tersusun dalam 21 deret. Sisik ventral 150-177 buah, sisik anal (yang menutupi anus) sepasang/berbelah, sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 47-78 pasang.

Kebiasaan dan penyebaran

 

Bersama dengan kerabatnya, ular lumpur E. plumbea, ular-air pelangi kerap ditemui di saluran-saluran air, kolam-kolam ikan, lingkungan sawah, rawa dan sungai-sungai kecil yang berarus tenang. Ular-ular ini amat gemar memangsa ikan kecil-kecil, dan seringkali menjadi hama di kolam-kolam pemeliharaan ikan. Mangsa lainnya adalah kodok, termasuk berudunya, dan diperkirakan juga kadal.



E. enhydris –seperti umumnya Homalopsinae– berbiak dengan 'melahirkan' anaknya (ovovivipar). Yakni, telur berkembang sempurna dan menetas dalam perut induknya, untuk kemudian keluar sebagai ular kecil-kecil. E. enhydris melahirkan hingga 18 anak pada satu musimnya.


Di waktu pagi dan siang, ular-air pelangi kerap terlihat mengeluarkan kepala dan sebagian badannya dari air, dan berdiam diri menyerupai ranting kayu yang muncul dari dalam air. Ada kalanya beberapa ekor ular muncul bersama dalam jarak yang tidak berapa jauh.


E. enhydris mudah ditangkap dengan jerat. Di desa-desa di Jawa, anak-anak setempat biasa menangkapnya dengan berbekal jerat dari lidi daun kelapa yang masih segar. Ular ini umumnya jinak dan tak mau menggigit, sehingga kerap menjadi mainan anak-anak. Meski termasuk katagori ular berbisa lemah (mildly venomous), hampir tak pernah ada laporan mengenai kasus gigitannya.


Kebanyakan ular-ular marga Enhydris --sejauh ini telah dideskripsi 23 spesies dari marga ini, termasuk jenis ular baru E. gyii (ular-lumpur Kapuas) yang mampu berubah warna-- menyebar lokal atau terbatas. Hanya E. enhydris dan E. plumbea yang luas agihannya.


E. enhydris diketahui tersebar luas mulai dari Pakistan dan Nepal di barat, India, Bangladesh, Burma, Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Borneo hingga Sulawesi di timur.


 Woke sekian dulu artikel tentang nama nama jalan di dusun Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman lain kali disambung lagi and thank you for reading

Minggu, 16 Desember 2012

Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman Part 5

Akhirnya lanjut lagi dech tulisan ku tentang dusun Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman setelah sekian lama tak aku lanjut lagi tulisan saya ini.....kali ini saya akan menulis tentang nama - nama jalan atau gang di dusun Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman......gang atau jalan di dusun karanggyam kebayakan di beri nama dari nama - nama ular.berikut nama - nama gang tersebut


1.Jalan Lare Angon [ Ular Kisik ]





Ular kisik adalah sejenis ular dari suku Colubridae. Dalam bahasa Jawa ular ini dikenal sebagai ula lare-angon (ular anak gembala) karena ular yang jinak ini biasa menjadi permainan anak-anak gembala di Jawa Tengah. Namanya dalam bahasa Inggris adalah striped keelback, merujuk pada garis-garis memanjang dan bentuk sisik-sisik punggungnya yang berlunas (keeled). Nama ilmiahnya adalah Xenochrophis vittatus (Linnaeus, 1758).


Pemerian


Ular kisik umumnya bertubuh kecil ramping. Panjang tubuh maksimal mencapai 70 cm, namun umumnya hanya sekitar 50 cm. Ekornya sekitar seperempat dari seluruh panjang tubuhnya.


Kepala berwarna hitam di bagian atas, dengan coret-coret putih yang berpola simetris. Moncong agak kemerahan seperti warna daging. Dorsal (sisi atas tubuh) dengan sepasang pita coklat kuning keemasan di atas warna hitam. Di bagian muka (anterior) masing-masing pita ini terbagi lagi oleh garis hitam tipis. Sisi ventral (bawah tubuh) berwarna putih, dengan garis-garis hitam pada tepi sisik ventral yang memberikan kesan warna lorek.


Sisik-sisik dorsal dalam 19 (19-19-17) deret, berlunas kecuali satu-dua deret terbawah. Sisik-sisik ventral sekitar 149 buah, sisik anal (penutup anus) berpasangan, sisik-sisik subkaudal (di bawah ekor) 80 pasang.
Perisai labial (bibir) atas berjumlah 9 buah, yang ke-4 hingga ke-6 menyentuh mata, putih dengan tepi belakang berwarna hitam. Labial bawah 10, no 4-7 membesar. Sebuah sisik anterior temporal terdapat di masing-masing sisi kepala. Lubang hidung mengarah ke samping.

Ekologi dan Penyebaran

 

Ular kisik merupakan ular darat yang hidup tidak jauh dari perairan. Ia menghuni hutan-hutan hujan dataran rendah hingga hutan pegunungan bawah sampai ketinggian sekitar 1200 m dpl., serta lingkungan pertanian dan pemukiman di sekitarnya. Ular kisik terutama menyukai lingkungan dekat sungai, saliran, rawa, sawah dan kolam, di mana ular ini dapat berenang dengan baik.


Ia sering didapati menyelusup di antara rerumputan atau herba tepi air yang lebat, memburu kodok, berudu dan ikan kecil-kecil. Tidak jarang, pada saat matahari terbit ular ini telah terlihat menjalar di antara tanaman padi di sawah. Ular kisik juga kerap berkeliaran di pekarangan dan halaman rumah, terutama dekat genangan air.


Ular ini tidak seberapa takut dengan manusia. Anak-anak di pedesaan di Banyumas sering menangkapnya untuk dijadikan permainan karena ular ini tidak menggigit. Hanya saja, apabila merasa terganggu, ular kisik mengeluarkan bau tidak enak yang keras dari kelenjar di dekat anusnya. Apabila terjadi demikian, biasanya ular ini segera dilepaskan kembali oleh anak-anak tersebut.


Ular kisik terbatas menyebar di Sumatra, termasuk beberapa pulau di sekitarnya seperti Pulau We dan Bangka dan Jawa. Diintroduksi ke Singapura.
Ular kisik bertelur hingga delapan butir.


2. Jalan Sanca [ Ular Sanca ]






Ular Sanca adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics.

Identifikasi

 

Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada lima spesiesnya: tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.


Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan P. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.


Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk lubang penghidu bahang (heat sensor pits) yang dalam (Tweedie 1983).

Biologi dan Penyebaran

 

Sanca kembang terhitung ular yang terbesar dan terpanjang di dunia. The Guinness Book of World Records tahun 1991 mencatat sanca kembang sepanjang 32 kaki 9.5 inci (sekitar 10 meter) sebagai ular yang terpanjang (Murphy and Henderson 1997). Namun yang umum dijumpai adalah ular-ular yang berukuran 5-8 meter. Sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.
Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.


Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun demikian, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei.


Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999).
Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. 


Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.


Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997).


Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain P.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah P.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan P.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan.

Ekologi

 

Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.


Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.


Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.


Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

Sanca dan Manusia

 

Sanca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga kadang-kadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya.


Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatra dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.

 
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.


 3.Jalan Kisi [ Ular Cabe ]






Ini ular yg sebenernya ada disekitar kita, bahkan di kota2 besar jg banyak terdapat ular cabe ini.Cuma karena ukurannya yg liliput & tinggal dibawah tanah,jadi jarang yg liat

Family : ELAPIDAE
Nama ilmiah : Maticora intestinalis
Ciri-ciri : Punggung hitam, sepanjang badan berpita kuning/jingga dan bercabang dua di kepala, perut berwarna belang putih hitam, ekor merah,panjang maksimum 50 cm
tipe taring : Proteroglypha, terletak pada bagian depan rahang atas. Permanen dan relatif pendek
tipe bisa : Neurotoxin, merusak sel-sel saraf pernapasan sehingga individu yang terserang bisa ular tersebut tidak dapat mengambil oksigen untuk metabolisme sel.
sebutan :ular cabe,ulo kisi,ula kawek,ulo besi,ular tanah,worm snake,blind snake
penyebaran habitat : Jawa,Sumatra,Kalimantan,Thailand selatan,semenanjung Malaya,Singapura dan Filipina.

efek yg diakibatkan gigitan ular ini :

o Pening
o Muntah
o Perasaan tidak enak
o Luka bengkak (1-2 jam)
o Sangat mengantuk
o Kesadaran turun
o Nafas tersengal-senal
o Anggota badan sulit diggerakkan
o Sulit menelan
o Bicara kurang jelas
o Mata membesar
o Kelopak mata tertutup

kasus fatal gigitan ular cabe :

- seorang anak kecil setelah bermain mandi bola lsg mengalami demam ktika pulang ke rumah.Ibunya tdk lsg membawa anak ini ke RS,karena mengira demam biasa.akibatnya anak ini mengalami sesak nafas & tubuh membiru,dan ketika dibawa ke RS keesokan paginya,nyawanya tidak tertolong.Dokter yg memeriksa menyatakan anak ini terkena racun ular kisi.dan ketika kolam bola tempat anak itu bermain semalam,dikuras,ternyata dibawahnya terdapat sarang ular kisi

- orang dewasa yg pernah digigit ular ini,tapi langsung dpt perawatan medis & dirawat slama 5 hari.

spesies kecil ini memiliki racun type neurotoksin yg sangat kuat dan harus diwaspadai meski sifat alamiah ular ini tidak agresif.Habitatnya di hutan-hutan,dan terkadang berkembang biak di area pertamanan dan perkebunan.Hidupnya di bawah tanah,dan makanan pokoknya adalah telur cacing, kodok kecil dan hewan2 kecil lainnya.
Ketika merasa terancam,ular ini membalikkan bagian bawah tubuh,yg secara dramastis memperlihatkan warna hitam dan putih.

habitat : daerah genangan air dan berlumpur
makanan pokok : ular kecil & kodok
 


 Sekian dulu tulisan saya tentang nama nama gang atau jalan di dusun Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman lain kali disambung lagi