Kitsune
adalah sebutan untuk binatang rubah dalam bahasa Jepang. Dalam cerita
rakyat Jepang, rubah sering ditampilkan dalam berbagai cerita sebagai
makhluk cerdas dengan kemampuan sihirnya yang semakin sempurna sejalan
dengan semakin bijak dan semakin tua rubah tersebut. Selain itu, rubah
mampu berubah bentuk menjadi manusia. Dalam legenda, rubah sering
diceritakan sebagai penjaga yang setia, teman, kekasih, atau istri,
walaupun sering terdapat kisah rubah menipu manusia.
Di zaman Jepang kuno, rubah dan manusia hidup saling berdekatan
sehingga legenda tentang kitsune muncul dari persahabatan antara
manusia dan rubah. Dalam kepercayaan Shinto, kitsune disebut Inari yang
bertugas sebagai pembawa pesan dari Kami. Semakin banyak ekor yang
dimiliki kitsune (kitsune bisa memiliki sampai 9 ekor), maka semakin
tua, semakin bijak, dan semakin kuat pula kitsune tersebut. Sebagian
orang memberi persembahan untuk kitsune karena dianggap memiliki
kekuatan gaib.
Asal-usul
Mitos kitsune sering menjadi bahan perdebatan, karena seluruhnya
mungkin berasal dari sumber asing atau bisa juga merupakan konsep asli
Jepang yang berkembang di abad ke-5 SM. Sebagian mitos tentang rubah di
Jepang bisa ditelusur hingga ke cerita rakyat Tiongkok, Korea, atau
India. Cerita paling tua tentang kitsune berasal dari Konjaku
Monogatari yang berisi koleksi cerita Jepang, India, dan Tiongkok yang
berasal dari abad ke-11.Cerita rakyat Tiongkok mengisahkan makhluk huli
jing (arwah rubah) yang mirip kitsune dan bisa memiliki ekor hingga
sembilan. Di Korea, makhluk yang disebut kumiho (rubah berekor
sembilan) merupakan makhluk mistik yang telah berumur lebih dari seribu
tahun. Rubah di Tiongkok dan Korea digambarkan berbeda dengan rubah di
Jepang. Tidak seperti di Jepang, rubah kumiho di Korea selalu
digambarkan sebagai makhluk jahat. Walaupun demikian, ilmuwan seperti
Ugo A. Casal berpendapat bahwa persamaan dalam cerita tentang rubah
menunjukkan bahwa mitos kitsune berasal kitab India seperti Hitopadesha
yang menyebar ke Tiongkok dan Korea, hingga akhirnya sampai ke Jepang.
Sebaliknya, ahli cerita rakyat Jepang, Nozaki Kiyoshi, berargumentasi
bahwa kitsune sudah dianggap sebagai sahabat orang Jepang sejak abad
ke-4, dan unsur-unsur yang diimpor dari Tiongkok dan Korea hanyalah
sifat-sifat jelek kitsune.Nozaki menyatakan bahwa dalam naskah Nihon
Ryakki asal abad ke-16, terdapat cerita tentang rubah dan manusia yang
hidup berdampingan pada zaman kuno Jepang, sehingga menurut Nozaki
merupakan latar belakang timbulnya legenda asli Jepang tentang
kitsune.[4] Peneliti Inari bernama Karen Smyers berpendapat bahwa ide
rubah sebagai penggoda manusia, serta hubungan mitos rubah dengan agama
Buddha diperkenalkan ke dalam cerita rakyat Jepang melalui cerita
serupa asal Tiongkok, namun Smyers mengatakan beberapa cerita berisi
unsur-unsur cerita yang khas Jepang
Etimologi
Menurut Nozaki, kata "kitsune" berasal dari onomatope.Kata "kitsune"
berasal dari suara salakan rubah yang menurut pendengaran orang Jepang
berbunyi "kitsu", sedangkan akhiran "ne" digunakan untuk menunjukkan
rasa kasih sayang. Asal-usul kata kitsune juga digunakan Nozaki untuk
menunjukkan bukti lebih lanjut bahwa kisah rubah baik hati dalam cerita
rakyat Jepang adalah produk dalam negeri dan bukan kisah impor.Bunyi
"kitsu" sebagai suara rubah menyalak sudah tidak dikenal orang pada
zaman sekarang. Dalam bahasa Jepang modern, suara rubah ditulis sebagai
"kon kon" atau "gon gon".
Asal-usul nama "kitsune" dikisahkan dalam dongeng tertua yang hingga
sekarang masih sering diceritakan orang, tapi mengandung penjelasan
etimologi yang sekarang dianggap tidak benar.Berbeda dengan sebagian
besar dongeng yang menceritakan kitsune bisa berubah wujud menjadi
wanita dan menikah dengan manusia, dongeng berikut ini tidak berakhir
tragis.
Pria bernama Ono asal Mino (menurut legenda kuno Jepang tahun 545),
menghabiskan musim demi musim berkhayal tentang wanita cantik yang
sesuai dengan seleranya. Di suatu senja, Ono bertemu dengan wanita
idealnya di padang rumput yang luas, dan mereka berdua akhirnya
menikah. Bersamaan dengan kelahiran putra pertama mereka, anjing yang
dipelihara Ono juga melahirkan. Anak anjing yang dilahirkan tumbuh
sebagai anjing yang semakin hari semakin galak terhadap istri Ono.
Permohonan sang istri untuk membunuh anjing galak tersebut ditolak Ono.
Pada akhirnya di suatu hari, si anjing galak tersebut menyerang istri
Ono dengan ganas. Istri Ono begitu ketakutan hingga berubah bentuk
menjadi rubah, meloncat pagar dan kabur.
"Istriku, kau mungkin seekor rubah," begitu Ono memanggil-manggil
istrinya agar pulang, "tapi kau tetap ibu dari anakku dan aku cinta
padamu. Pulanglah bila kau berkenan, aku selalu menunggumu."
Sang istri akhirnya pulang ke rumah di setiap senja, dan tidur di pelukan Ono.
Istilah "kitsune" merupakan sebutan untuk siluman rubah yang pulang ke
rumah suami sebagai wanita di senja hari, tapi pergi di pagi hari
sebagai rubah. Dalam bahasa Jepang kuna, kata "kitsu-ne" berarti
"datang dan tidur", sedangkan kata "ki-tsune" berarti "selalu datang".
Deskripsi
Kitsune dipercaya memiliki kecerdasan super, kekuatan sihir, dan
panjang umur. Sebagai sejenis yōkai atau makhluk halus, "kitsune"
sering dijelaskan sebagai "arwah rubah" tapi bukan hantu, dan bentuk
fisiknya tidak berbeda dengan rubah biasa. Semua rubah yang panjang
umur juga dipercaya memiliki kemampuan supranatural.
Kitsune digolongkan menjadi dua kelompok besar. Kelompok zenko yang
terdiri dari rubah baik hati yang bersifat kedewaan (sering disebut
rubah Inari), dan kelompok rubah padang rumput (yako) yang suka
mempermainkan manusia dan bahkan bersifat jahat[9] Tradisi berbagai
daerah di Jepang juga masih mengelompokkan kitsune lebih jauh lagi
Arwah rubah tak kasat mata yang disebut ninko misalnya, hanya bisa
dilihat manusia yang sedang kerasukan ninko. Tradisi lain
mengelompokkan kitsune ke dalam salah satu dari 13 jenis kitsune
berdasarkan kemampuan supranatural yang dimiliki.
Secara fisik, kitsune dipercaya bisa memiliki hingga 9 ekor. Jumlah
ekor yang semakin banyak biasanya menunjukkan rubah yang makin tua tapi
semakin kuat. Beberapa cerita rakyat bahkan mengatakan ekor rubah
hanya tumbuh kalau rubah tersebut sudah berumur 1.000 tahun
Dalam cerita rakyat, kitsune sering digambarkan berekor satu, lima,
tujuh, atau sembilan.Ketika kitsune mendapatkan ekornya yang ke-9, bulu
kitsune menjadi berwarna putih atau emas. Kitsune jenis ini disebut
kyūbi no kitsune (kitsune berekor sembilan) dan memiliki kemampuan
untuk mendengar dan melihat segala peristiwa yang terjadi di dunia.
Dongeng lain menggambarkan mereka sebagai makhluk super bijak dan serba
tahu.
Kitsune bisa berubah wujud menjadi manusia dan kemampuan ini baru
didapat setelah kitsune mencapai usia tertentu (biasanya 100 tahun),
walaupun beberapa cerita mengatakan 50 tahun.Siluman rubah harus
meletakkan sejenis tanaman alang-alang yang tumbuh di dekat air, daun
yang lebar, atau tengkorak di atas kepalanya sebagai syarat perubahan
wujud.Rubah bisa berubah wujud menjadi wanita cantik, anak perempuan,
atau lelaki tua. Perubahan wujud ini tidak dibatasi umur atau jenis
kelamin rubah,[5] dan kitsune dapat menjadi kembaran dari sosok orang
tertentu. Rubah sangat terkenal dengan kemampuan berubah wujud sebagai
wanita cantik. Di abad pertengahan, orang Jepang percaya kalau ada
wanita yang sedang berada sendirian pada saat senja atau malam hari
kemungkinan adalah seekor rubah.
Dalam beberapa cerita, kitsune memiliki kesulitan dalam menyembunyikan
ekornya ketika sedang menyamar menjadi manusia. Kitsune sering ketahuan
sedang mencari-cari ekornya, mungkin kalau rubah sedang mabuk atau
kurang hati-hati. Kelemahan ini bisa digunakan untuk memastikan manusia
yang sedang dilihat adalah siluman kitsune.
Berbagai variasi cerita mengisahkan kitsune sebagai makhluk yang masih
mempertahankan ciri-ciri khas rubah, seperti tubuh yang bermantelkan
bulu-bulu halus, bayangan siluman kitsune yang sama seperti bayangan
rubah, atau siluman kitsune yang terlihat sebagai rubah ketika sedang
berkaca. Istilah "kitsune-gao" (muka kitsune) digunakan di Jepang untuk
menyebut wanita yang berwajah sempit, mata yang berdekatan, alis mata
yang tipis, dan tulang pipi yang tinggi. Di zaman dulu, wanita bermuka
kitsune-gao dianggap cantik, dan dipercaya sebagai rubah yang sedang
berubah wujud sebagai wanita dalam beberapa dongeng.Kitsune takut dan
sangat benci pada anjing, bahkan ketika sedang berubah wujud sebagai
manusia. Sebagian kitsune bahkan gemetaran kalau melihat anjing,
kembali berubah wujud menjadi rubah dan lari pontang-panting. Orang
yang taat dan berbakti kabarnya gampang mengenali siluman rubah.
Salah satu cerita rakyat mengisahkan ketidaksempurnaan perubahan wujud
seekor kitsune yang sedang menjadi manusia bernama Koan. Menurut
cerita, Koan yang bijak dan memiliki kekuatan sihir sedang mau mandi di
rumah salah seorang muridnya. Air mandi ternyata dimasak terlalu
panas, dan kaki Koan melepuh ketika masuk ke bak mandi. "Koan yang
sedang kesakitan, lari keluar dari kamar mandi telanjang. Orang-orang
di rumah yang melihatnya terkejut. Sekujur badan Koan ternyata
ditumbuhi bulu seperti mantel, berikut ekor dari seekor rubah. Koan
lalu berubah wujud di hadapan murid-muridnya menjadi seekor rubah tua
dan melarikan diri."
Kemampuan supranatural lain yang dimiliki kitsune, antara lain: mulut
dan ekor yang bisa mengeluarkan api atau petir (dikenal sebagai
kitsune-bi yang secara harafiah berarti "api kitsune"), membuat manusia
kerasukan, memberi pesan di dalam mimpi orang agar melakukan sesuatu,
terbang, tak kasat mata, dan menciptakan ilusi yang begitu mendetil
hingga tidak bisa dibedakan dari kenyataan. Pada beberapa cerita,
kitsune bahkan memiliki kekuatan yang lebih besar lagi, sampai bisa
mengubah ruang dan waktu, membuat orang menjadi marah, atau berubah
menjadi bentuk-bentuk yang fantastis, seperti pohon yang sangat tinggi
atau sebagai bulan kedua di langit.Kitsune lainnya memiliki ciri-ciri
yang mengingatkan orang pada vampir atau succubus dan memangsa roh
manusia, biasanya melalui kontak seks.
Kitsunetsuki
Istilah kitsunetsuki secara harafiah berarti kerasukan kitsune. Korban
biasanya wanita muda yang kemasukan kitsune dari bagian kuku jari atau
melalui bagian buah dada.[28] Pada beberapa kasus, wajah korban konon
berubah sedemikian rupa hingga menyerupai rubah. Menurut tradisi di
Jepang, kalau orang Jepang yang buta huruf sedang kerasukan kitsune,
orang tersebut bisa melek huruf untuk sementara waktu.[29]
Ahli cerita rakyat Lafcadio Hearn mengisahkan peristiwa kerasukan
kitsune dalam volume pertama buku karyanya Glimpses of Unfamiliar
Japan:
Aneh memang kegilaan orang yang dirasuki iblis rubah. Kadang-kadang
mereka berlarian telanjang sambil berteriak-teriak di jalanan.
Kadang-kadang mereka tidur-tiduran dengan mulut berbuih dan menyalak
seperti rubah. Dan di bagian tubuh orang yang kerasukan, terlihat
benjolan yang bergerak-gerak di bawah kulit yang kelihatannya memiliki
nyawa sendiri. Bila ditusuk dengan jarum, benjolan tersebut langsung
berpindah ke tempat lain. Benjolan tidak bisa dicengkeram, lepas bila
ditekan dengan tangan yang kuat dan lolos dari jari-jari. Orang yang
sedang kerasukan kabarnya bisa berbicara dan menulis bahasa yang mereka
tidak kuasai sebelum kerasukan. Mereka hanya memakan makanan yang
dipercaya disenangi rubah, seperti — tahu, aburagé, azukimeshi, dan
lain lain. Mereka juga makan banyak sekali dan membela diri bahwa yang
sedang makan itu bukan mereka, tapi arwah rubah
Lafcadio Hearn menambahkan bahwa orang yang sudah terbebas dari
kerasukan kitsune bakal tidak doyan lagi makan tahu aburage,
azukimeshi, atau makanan lain yang digemari rubah.
Upacara mengusir setan dilakukan di kuil-kuil Inari untuk membujuk
kitsune agar mau keluar dari tubuh orang yang sedang dimasukinya.[31]
Di zaman dulu, kalau usaha lemah lembut membujuk rubah tidak berhasil
atau pendeta kebetulan tidak ada, korban kitsunetsuki dipukuli atau
dibakar sampai terluka parah agar kitsune mau keluar. Kalau ada seorang
anggota keluarga yang kerasukan, seluruh anggota keluarga korban
diasingkan oleh masyarakat
Di Jepang, kerasukan kitsune (kitsunetsuki) sudah dianggap sebagai
penyakit sejak zaman Heian dan merupakan diagnosis umum untuk gejala
penyakit mental hingga di awal abad ke-20.Kerasukan digunakan sebagai
penjelasan kelakuan abnormal dari penderita. Di akhir abad ke-19, Dr.
Shunichi Shimamura mencatat beberapa gejala penyakit yang disebabkan
demam sering dianggap sebagai kitsunetsuki.
Dalam istilah kedokteran, kerasukan kitsune merupakan gejala penyakit
mental yang khas dalam kebudayaan Jepang. Pasien percaya dirinya sedang
dirasuki rubah.Gejala kerasukan kitsune di antaranya selalu ingin
makan nasi atau kacang azuki, bengong, gelisah, dan menghindari tatapan
mata orang lain. Penyakit kerasukan kitsune mirip tapi berbeda jauh
dari lycanthropy (manusia serigala).
Hoshi no tama
Penggambaran kitsune dan korbannya sering mengikutsertakan benda putih
yang disebut "bola bintang" (hoshi no tama) berbentuk bulat atau
seperti bawang. Dalam dongeng, permata hoshi no tama berselimutkan api
disebut kitsune-bi (api rubah).[37] Di dalam sebagian cerita, hoshi no
tama digambarkan sebagai mutiara atau permata yang memiliki kekuatan
sihir.[38] Ketika sedang tidak berubah wujud menjadi manusia atau
merasuki manusia, kitsune menggigit hoshi no tama atau membawanya di
bagian ekor.[14] Permata merupakan simbol yang lazim ditemukan pada
Inari, dan rubah suci Inari sangat jarang digambarkan tidak memiliki
permata.[39]
Sebagian orang percaya, sebagian kekuatan kitsune berada di dalam
permata "bola bintang" ketika kitsune berubah wujud. Cerita lain
menggambarkan mutiara sebagai perlambang nyawa kitsune. Kitsune akan
mati jika terlalu lama terpisah dari mutiaranya. Orang yang berhasil
mengambil bola kitsune, kabarnya bisa menukar bola tersebut dengan
kekuatan sihir yang dimiliki kitsune.[40] Dalam dongeng abad ke-12,
seorang laki-laki berhasil mengambil bola kitsune dan mendapat imbalan
ketika mengembalikannya:
"Kau terkutuk!" maki sang rubah. "Kembalikan bolaku!" Tapi laki-laki
itu mengabaikan permohonan kitsune, hingga kitsune berkata sambil
menangis, "Baiklah, kau boleh ambil bolaku, tapi bola tersebut bakal
tidak ada gunanya buat kau, kalau kau tidak tahu cara menggunakannya.
Bagiku, bola itu adalah segala-galanya. Aku peringatkan, kalau kau
tidak mau mengembalikannya, kau bakalan jadi musuhku selamanya. Tapi
bila kau mau mengembalikannya, aku akan terus mendampingimu bagaikan
dewa pelindung."
Nyawa laki-laki tersebut kemudian diselamatkan sang rubah yang membantunya melawan gerombolan bandit.
Penggambaran
Pelayan Inari
Dalam kepercayaan Shinto, kitsune sering dikaitkan dengan
Inari.Hubungan antara Inari dan kitsune makin memperkuat kedudukan
kitsune dalam dunia supranatural. Kitsune mulanya merupakan pembawa
pesan yang bertugas bagi dewa Inari, tapi garis pemisah antara Inari
dan kitsune makin kabur sehingga Inari digambarkan sebagai seekor
rubah. Kuil Shinto yang memuliakan Inari disebut kuil Inari, tempat
orang memberikan sesajen.Kitsune kabarnya suka sekali makan potongan
tahu goreng aburage. Kitsune makan aburage yang biasa diletakkan di
atas masakan mi Jepang yang disebut Kitsune Udon dan Kitsune Soba.
Sejenis sushi yang dimasukkan di dalam kantong dari aburage disebut
Inari-zushi.Ahli cerita rakyat sering berspekulasi tentang keberadaan
kepercayaan rubah yang lain, karena rubah sejak dulu sudah dipuja
sebagai Kami.
Kitsune di kuil Inari berwarna putih yang merupakan warna pertanda
baik.Mereka dipercaya memiliki kekuatan untuk menangkal iblis, dan
kadang-kadang bertugas sebagai pelindung arwah. Selain berjaga-jaga di
kuil Inari, kitsune diminta agar melindungi penduduk setempat dari
rubah liar (''nogitsune) yang suka membuat keonaran. Sama seperti
kitsune berwarna putih, kitsune berwarna hitam dan kitsune berekor
sembilan juga dianggap pertanda baik.
Menurut kepercayaan yang berasal dari feng shui, rubah memiliki
kekuatan luar biasa melawan iblis, sehingga patung kitsune konon bisa
mengusir hawa kimon atau energi yang mengalir arah timur laut. Kuil
Inari seperti kuil Fushimi Inari di Kyoto sering memiliki koleksi
patung kitsune yang banyak sekali.
Penipu
Kitsune sering digambarkan sebagai penipu dengan motif yang bervariasi,
mulai dari sekadar ingin berbuat nakal hingga merugikan manusia.
Kitsune dikisahkan senang mempermainkan samurai yang sombong, saudagar
rakus, dan rakyat biasa yang suka pamer. Kitsune yang lebih kejam konon
suka mengerjai pedagang miskin, petani, dan biksu yang saleh. Korban
kitsune biasa laki-laki, sedangkan perempuan hanya bisa kerasukan
kitsune.Kitsune misalnya, dipercaya menggunakan bola api kitsune-bi
sewaktu membantu pelancong yang tersesat.Taktik lain kitsune adalah
mengelabui korban dengan ilusi dan tipuan mata. Kitsune memperdaya
manusia dengan maksud merayu, mencuri makanan, memberi pelajaran untuk
orang yang sombong, atau membalas dendam sesudah dicederai.
Permainan tradisional kitsune-ken merupakan salah satu jenis permainan
Batu-Gunting-Kertas dengan tiga bentuk telapak tangan dan jari-jari
yang melambangkan rubah, pemburu, dan kepala kampung. Pemburu kalah
dari kepala kampung, dan sebaliknya pemburu menang atas rubah, tapi
rubah bisa memperdaya kepala kampung.
Kitsune digambarkan suka membuat onar ditambah reputasi suka membalas
dendam. Akibatnya, orang berusaha mengungkap motif tersembunyi di balik
tindakan rubah. Toyotomi Hideyoshi pernah menulis surat kepada Inari.
Di dalam suratnya, Hideyoshi melaporkan keonaran yang dibuat salah
seekor rubah terhadap para pelayan, dan memohon agar rubah-rubah
diselidiki dan ditindaklanjuti. Kalau insiden ini tidak ditanggapi,
Hideyoshi mengancam akan memburu semua rubah yang ada.
Kitsune dikenal suka menepati janji dan berusaha keras untuk bisa
membalas budi. Kitsune kadang-kadang membuat onar seperti yang
dikisahkan sebuah cerita asal abad ke-12. Ancaman pemilik rumah untuk
membinasakan semua rubah berhasil meyakinkan kawanan rubah untuk
mengubah kelakuan. Kepala keluarga kawanan rubah hadir dalam mimpi
pemilik rumah untuk mohon pengampunan dari pemilik rumah, sekaligus
berjanji untuk berkelakuan baik dan membalas budi dengan menjadi
pelindung keluarga.
Sebagian kitsune menggunakan sihir untuk menguntungkan manusia yang
dianggap teman atau majikan. Sebagai golongan Yōkai, ia tidak memiliki
tata krama seperti manusia. Kitsune bisa mencuri uang dari rumah
tetangga untuk diberikan kepada majikan, atau mencuri uang majikan
sendiri. Di zaman dulu, pemilik rumah yang memelihara kitsune selalu
dicurigai tetangga.
Dalam cerita rakyat sering dikisahkan tentang pembayaran atas barang
atau jasa yang dilakukan kitsune. Kitsune bisa menipu penglihatan orang
yang menerima pembayaran dari kitsune dengan sihir. Emas, uang, atau
batu permata yang diterima dari kitsune sebenarnya hanya kertas bekas,
daun-daunan, cabang dan ranting, batu, atau benda-benda sejenis.Hadiah
yang benar-benar diberikan kitsune kepada manusia biasanya berupa
benda-benda yang tak berwujud, seperti perlindungan, pengetahuan, dan
umur panjang.
Istri dan kekasih
Kitsune sering digambarkan sebagai wanita penggoda dalam cerita yang
melibatkan laki-laki muda.Walaupun kitsune berperan sebagai wanita
penggoda, cerita biasanya bersifat romantis.Dalam cerita, laki-laki
sering menikahi wanita cantik yang merahasiakan bahwa dirinya adalah
seekor rubah. Ketika rahasia terbongkar, sang istri terpaksa
meninggalkan suami. Pada sebagian cerita, laki-laki yang menikahi
siluman rubah bagaikan bangun dari mimpi, kebingungan, berada jauh dari
rumah, dan harus kembali ke rumah yang ditinggalinya dulu dengan
membawa malu.
Beberapa cerita mengisahkan siluman rubah yang dijadikan istri
melahirkan anak manusia. Anak-anak yang dilahirkan memiliki kemampuan
fisik dan bakat supranatural melebihi orang biasa. Bakat ini juga
diturunkan ke anak cucu bila manusia keturunan rubah kembali melahirkan
anak. Seorang ahli kosmologi (onmyōji) Jepang bernama Abe no Seimei
dikatakan memiliki kekuatan sihir luar biasa karena keturunan kitsune.
Kitsune sering dikisahkan menikahi sesama kitsune. Dalam bahasa Jepang,
hujan lebat yang turun tiba-tiba ketika langit sedang cerah (hujan
panas) disebut kitsune no yomeiri atau "pernikahan kitsune". Istilah
tersebut berasal dari legenda yang mengisahkan kondisi cuaca pada saat
upacara pernikahan kitsune.Peristiwa pernikahan kitsune dianggap
sebagai pertanda baik, tapi kitsune akan marah bila hadir tamu yang
tidak diundang.
Cerita fiksi
Kitsune tampil dalam berbagai seni budaya Jepang. Sandiwara tradisional
Jepang seperti noh, kyogen, bunraku, and kabuki sering mengisahkan
legenda kitsune. Begitu pula halnya dengan budaya kontemporer seperti
manga dan permainan video. Pengarang fiksi dari Barat juga mulai
menulis cerita yang diilhami legenda kitsune. Penggambaran kitsune
menurut orang Barat biasanya tidak berbeda jauh dengan cerita asli
kitsune.
Ibu Abe no Seimei yang bernama Kuzunoha merupakan tokoh kitsune yang
dikenal luas dalam seni teater tradisional Jepang. Kuzunoha ditampilkan
dalam cerita sandiwara bunraku dan kabuki Ashiya Dōman Ōuchi Kagami
(Kaca di Ashiya Dōman and Ōuchi) yang terdiri dari lima bagian. Bagian
ke-4 yang berjudul Kuzunoha atau Rubah dari Hutan Shinoda sering
dipentaskan secara terpisah. Bagian ini menceritakan terbongkarnya
rahasia Kuzunoha sebagai siluman rubah dan adegan saat harus
meninggalkan suami dan anaknya.
Tamamo-no-Mae adalah tokoh fiksi yang menjadi tema drama noh berjudul
Sesshoseki (Batu Kematian), dan sandiwara kabuki/kyogen berjudul
Tamamonomae (Penyihir Rubah yang Cantik). Tamamo-no-Mae berbuat banyak
kejahatan di India, Tiongkok, dan Jepang, tapi rahasianya terbongkar
dan tewas. Arwahnya menjadi sesshoseki (batu kematian). Arwah
Tamamo-no-Mae akhirnya dibebaskan biksu bernama Gennō.
Genkurō adalah seekor kitsune dikenal berbakti kepada orangtua. Dalam
cerita bunraku dan kabuki berjudul Yoshitsune Sembon Zakura (Yoshitsune
dan Seribu Pohon Sakura), kekasih Yoshitsune yang bernama Putri
Shizuka memiliki tsuzumi (gendang kecil) yang dibuat dari kulit rubah
orangtua Genkurō. Dalam penyamarannya sebagai Satō Tadanobu, Genkurō
berhasil menyelamatkan Putri Shizuka dari Minamoto no Yoritomo. Namun
identitas Genkurō sebagai siluman rubah terbongkar karena Satō Tadanobu
yang asli muncul. Genkurō mengatakan suara kedua orangtuanya terdengar
setiap kali gendang tsuzumi yang dimiliki Shizuka dipukul. Yoshitsune
dan Shizuka akhirnya memberikan tsuzumi tersebut kepada Genkurō.
Sebagai imbalannya, Genkurō memberi perlindungan sihir untuk
Yoshitsune.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar