Selasa, 21 Mei 2013

Stasiun KA Non Aktif [ Mati ] Di Jogja

1.Stasiun Kalasan


Stasiun Kalasan merupakan stasiunn non-aktif yang terletak di Kalasan, Sleman. Stasiun kelas III ini sudah tak aktif sejak tahun 2007 karena sudah tak ada kereta yang bersilang. Walaupun sudah tak aktif, Stasiun ini masih dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia. Stasiun ini mempunyai 2 jalur kereta api. Stasiun ini merupakan stasiun paling timur di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.Stasiun Beran


Bekas Stasiun Beran saat ini digunakan untuk markas Koramil atau Kodim Sleman. Bangunan bekas Stasiun Beras dicat dengan warna dominan hijau yang berbeda jauh dengan cat bangunan stasiun yang dominan warna putih berhias warna biru.

Ketika memperhatikan bangunan bekas Stasiun Beran, telah terjadi banyak perubahan dari segi arsitektur bangunan. Bangunan bekas stasiun saat ini menghadap ke arah utara jalan, bukan menghadap ke arah selatan
atau Jalan PJKA sebagai bekas jalur lintasan rel kereta api. Bekas tambalan dinding pada bangunan sebelah selatan sudah tidak tampak.Sepertinya bangunan bekas stasiun ini telah mengalami beberapa renovasi.


3.Stasiun Ngabean 





Stasiun Ngabean merupakan stasiun kereta api non-aktif yang terletak di Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta. Stasiun yang letaknya di jalan Wahid Hasyim ini menjadi tempat area parkir wisata. Stasiun ini dulu ditutup karena jalan raya diperlebar dan mobil makin banyak. Stasiun ini dicat ulang menjadi warna biru cerah beberapa tahun yang lalu. Di sekitar situ masih ada bekas-bekas rel dan sinyal.

4.Stasiun Tempel  







Bekas Stasiun Tempel terletak di dekat Pasar Tempel, kabupaten Sleman. Dihentikan operasionalnya secara permanen pada tahun 1974,meskipun sebelumnya pernah berhenti sementara akibat jembatan Krasak di dekatnya terkena banjir lahar erupsi gunung Merapi.

Meskipun telah beralih fungsi sebagai Taman Kanak-Kanak, dari luar masih terlihat bangunan tersebut sebagai bangunan bekas stasiun. Perubahan bangunan hanya dilakukan pada perubahan cat tembok yang didominasi warna hijau dan biru, perbaikan atap, perbaikan jendela dan pintu, dan pembangunan pagar rumah. Sisa-sisa yang masih tampak asli yaitu bentuk lantai dengan warna dasar kekuningan, plat nama stasiun di tembok bangunan dan plat nama ruangan di atas pintu yang masih dibiarkan tertempel.




5.Stasiun Winongo




Bekas stasiun Winongo terletak di Desa Glondong, Tirtonirmolo,Kasihan, Bantul. Pernah menjadi tempat tinggal keluarga Atmopawiro.Melihat bangunan bekas stasiun Winongo serasa jauh jauh dari kesan
terawat. Cat dinding bangunan sudah pudar dan mengelupas. Beberapa bagian sudah terlihat bekas tambalan-tambalan dari semen.

Sepertinyabangunan bekas stasiun Winongo ini sama sekali belum dipugar oleh PTKereta Api Indonesia ataupun pemerintah daerah setempat. Hanya tersisasatu buat tiang komunikasi di tepi bekas bangunan stasiun dan tidak ditemukan sisa-sisa potongan rel kereta api.

6.Stasiun Dongkelan


Siapa sangka di tepi jalan Bantul dekat kawasan Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) terdapat bekas bangunan yang dulunya merupakan stasiun. Sebuah bangunan dengan arsitektur kuno ini berdiri di tepi jalan Bantul dan dahulu disebut dengan nama Stasiun Dongkelan.

Stasiun Dongkelan ini menghadap ke timur atau ke arah jalan Bantul. Posisi rel kereta api diperkirakan berada di sisi timur karena terlihat bekas garis-garis rel yang telah diganti oleh paving saat renovasi dan
bersamaan dengan pembangunan kawasan Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY).

Ketika mendekati bangunan bekas Stasiun Dongkelan terlihat jelas bahwa bangunannya sudah banyak mengalami perubahan. Bangunannya terkesan lebihgagah dan lebih kokoh dengan perubahan yang hampir menyeluruh. Bentuk ruangan misalnya yang dahulu diperkirakan terdiri dari tiga ruangan, sekarang hanya tinggal tersisa dua ruangan dimana sekat dinding sebelah selatan dihilangkan.

Pada ruangan bagian tengah dihilangkan dinding bagian depan dan belakang sehingga membentuk rongga dan ditambah dengan hiasan rangka bangunan yang melengkung. Jendela sudah diganti baru dan di cat dengan warna keabu-abuan. Di dinding bangunan dan dibagian tengah ditambah lampu-lampu dengan bentuk antik untuk menambah kesan menarik dan eksklusif.

Tentu saja tidak ketinggalan atap stasiun telah diganti dengan yang baru. Tidak ada sisa-sisa lain yang ditemukan di tempat ini seperti bekas tiang komunikasi maupun potongan rel seperti yang kami temui
ketika kami mengunjungi bekas Stasiun Ngabean

Saat ini bekas Stasiun Dongkelan telah beralih fungsi menjadi bangunan yang digunakan untuk menjual makanan. Walaupun bangunan asli Stasiun Dongkelan telah hilang, namun patok-patok jalur kereta api yang
menghubungkan kota Yogyakarta dengan Bantul masih terlihat dan mampu memperkirakan alur jalur selanjutnya menuju ke selatan.

Sedikit disayangkan mengapa tidak ditinggalkan beberapa meter rel kereta api agar lebih memperkuat bangunan tersebut sebagai bekas stasiun kereta api. Selain itu tidak adanya papan informasi mengenai sejarah keberadaan Stasiun Dongkelan membuat orang tidak mengetahui bahwa bangunan itu
merupakan salah satu peninggalan kejayaan kereta api di masa lampau.


7.Stasiun Bantul

 
Keberadaan bekas Stasiun Bantul sempat membuat kami kebingungan. Berbekal informasi yang kami dapat dari orang-orang yang kami temui sebelumnya, akhirnya kami menemukan lokasi bekas stasiun Bantul ini.
Lokasinya berada di sebelah selatan RS PKU Muhammdiyah Bantul atau di selatan seberang Pasar Bantul.

Sebelumnya kami sempat menduga bahwa bangunan yang sekarang digunakan untuk usaha warung dan bengkel. Dugaan kami tidak meleset karena ciri-ciri yang ada memang merujuk pada ciri bangunan bekas stasiun.Bentuk ventilasi dan banyaknya ruangan sama seperti bekas stasiun yang kami temui sebelumnya seperti bekas stasiun Winongo yang bentuknya tidak banyak mengalami perubahan.

Bukti-bukti itu cukup tampak ketika kami melihat bangunan sisi belakangnya. Bekas stasiun ini masih terlihat asli walaupun sudah mengalami perubahan pada dinding dan pintunya. Atap dan ventilasi yang berbentuk bulat masih terlihat asli walaupun mungkin pernah diperbaiki. Bangunan bekas stasiun Bantul ini diperkirakan menghadap ke barat.

Di sekitar bangunan bekas stasiun Bantul tidak ditemukan bukti lain seperti sisa-sisa jalur rel kereta api ataupun tiang komunikasi yang terpasang di tepi rel. Sepertinya bekas jalur rel kereta api telah
berubah total menjadi jalur lambat yang membelah kota Bantul. Namun jalan kendaraan yang sedikit menikung ini diperkirakan merupakan jalur kereta api.

Saat ini bekas bangunan stasiun kereta api digunakan untuk usaha bengkel dan warung makan. Khususnya usaha warung makan ternyata menggunakan nama Stasiun sebagai nama warung. Mungkin dahulu kawasan tersebut dikenal dengan sebutan Stasiun sehingga pemilik warung meneruskan penggunaan namanya sebagai nama warung. Secara tidak langsung penamaan tersebut juga mempermudah orang-orang yang ingin mencari jejak bekas Stasiun Bantul karena tidak ada informasi yang cukup mendukung.

Ketika mencoba singgah diwarung Stasiun, ternyata arsitektur bagian luar sudah banyak mengalami renovasi. Entah kapan bangunan bekas stasiun Bantul ini berubah fungsi menjadi tempat usaha. Sepertinya pemerintah
setempat kurang memberikan perhatian terhadap sisa-sisa sejarah yang merupakan cagar budaya. Dari peta kuno Pemerintah Kolonial Belanda yang bisa diliat di situs maps.kit.nl ini, Stasiun Bantul merupakan stasiun
persimpangan rute menuju ke Palbapang dan ke area barak pemukiman Belanda yang jalur relnya diperkirakan melewati belakang Stasiun Bantul. 

8.Stasiun Palbapang 





Stasiun Palbapang terletak di sisi barat Perempatan Palbapang, Bantul. Posisinya berada di sisi utara jalan yang menghubungkan Palbapang-Srandakan. Stasiun Palbapang ini memiliki arah hadap ke utara. Kini Stasiun ini dicat dengan paduan warna biru tinta dan putih (abu-abu). Bangunan Stasiun Palbapang cukup terawat seperti halnya Stasiun Ngabean dan Dongkelan.

0 komentar:

Posting Komentar