Suami Wajib Mendidik Istrinya
Salah satu kewajiban seorang suami terhadap istrinya adalah menafkahi lahir bathin, memberikan tempat yang layak dan mendidik, bahkan istri itu harus ditempatkan pada posisi yang mulia “arrijalu qowwamuna ala nisa” laki-laki harus jadi pengayom wanita dan laki-laki itu jadi imam sholat bagi keluarganya. Disinilah seorang laki-laki diberikan kelebihan dengan sikap pemberani untuk melindungi kaum hawa termasuk dalam mencari nafkah.
Bagi pegawai negeri sipil yang bersungguh-sungguh dalam bekerja dan mengembangkan karir di tempat pekerjaannya, mungkin waktu untuk keluarganya banyak tersita, apakah untuk bermasyarakat, bertemu dengan anak, bercengkrama dengan kerluarga ataupun kesempatan untuk mendidik istripun nyaris tidak ada. Oleh karena itu suami yang bijak harus merelakan istrinya bersosialisasi dengan sesama istri pegawai negeri yang lain yang terhimpun dalam wadah organisasi “Dharma Wanita”.
Dengan memberikan kesempatan kepada istri bergabung dalam sebuah organisasi, insya allah banyak ilmu yang diperoleh, apakah yang berhubungan dengan pendidikan, social budaya, ekonomi, kesehatan dan wawasan lain yang ditampilkan dalam program kerja dharma wanita, namun sesekali para penasihat dharma wanita diharapkan mampu memberikan arah dan motivasi kepada organaisasi dharma wanita supaya bisa mewarnai kiprah suaminya sebagai abdi Negara yang bersih dan berwibawa serta bebas dari KKN.
Pemahaman seorang istri pegawai negeri terhadap tugas yang diemban oleh suaminya sangat penting, supaya daya dukung dan daya topang istri lebih kuat, karena sebaik apapun karakter pegawai negeri tanpa ditopang oleh istrinya di rumah akan rapuh, sebab dalam hadits dinyatakan “al maratu imadul bilad, faida fasadat, fasadat bilad, faida sholuhat, sholuhat bilad” kokoh kuatnya suatu Negara tergantung kaum wanitanya, bila wanitanya rusak, rusaklah Negara itu, apabila baik wanitanya maka baik lah Negara itu. Disinilah pentingnya istri disetarakan dengan kaum pria sesuai dengan kondratnya.
Istri yang tidak paham tentang jenis tugas yang diemban oleh suaminya, dihawatirkan akan muncul sikap shuudhon karena kodrat seorang istri itu takut kehilangan suaminya diambil orang, walaupun di dalam Qur’an dinyatakan ”Fankiku mathobalakum minannisa, masna, wasulasa, waruba’a” tidak akan pernah ada istri yang mengharapkan ayat itu dibaca atau dilaksanakan oleh suaminya. Sehingga dari rasa takut seperti itu bisa muncul sikap yang berlebihan, makanya perlu diberikan pemahaman dan sesekali harus tahu situasi dan kondisi tempat bekerja suaminya.
Sikap wanita kadang tidak konsisten, disatu sisi wanita itu sangat takut suaminya diambil orang, tapi disisi lain justru kaum wanita itu sendiri yang berani mengambil suami orang. Suatu saat wanita itu tidak ingin dimadu tapi tatkala sudah menjadi janda malah merasa senang bila dimadu, apalagi menjadi istri muda menjadi berbinar-binar seperti menang dalam pertempuran. Itulah sifat ego yang dimiliki setiap wanita.
Disinilah wanita itu perlu dibina dan diarahkan, sebab wanita itu seperti tulang rusuk yang bengkok, bila diluruskan akan mudah patah, bila dibiarkan akan tetap bengkok, tapi fungsi dari tulang rusuk itu bisa melindungi anggota tubuh yang sangat vital, seperti jantung, hati, paru dan organ tubuh lainnya. Bila tidak sependapat dengan penulis silahkan dilakukan penelitian.
Apabila seorang laki-laki tidak bisa memberikan pemahaman kepada istrinya, biarkan komunitas istri pegawai negeri itu yang memberikan pemahaman, bahkan dimotivasi agar istri mampu mengingatkan suaminya bersikap baik menjadi pegawi negeri, sebab mencari pekerjaan itu sulit, bahkan ketika pekerjaan itu hilang terlalu banyak yang menjadi korban, selain dirinya, istri anak dan seluruh harapan keluarga akan sirna.
Dengan ikut menjadi anggota dharma wanita, akan mengetahui etika bergorganisasi, bermasyarakat bahkan muncul sikap-sikap sosial untuk saling memberi manfaat antara satu dengan yang lainnya, seperti halnya dalam memahami kesetaraan jender tidak mendahulukan sikap egois dan arogan, melainkan akan mengukur diri, siapa dirinya, harus bagaimana dirinya bertindak. Termasuk cara berpakaianpun tidak akan menampilkan sikap glamor ataupun memperlihatkan kemewahan, sebab sudah diatur dalam Anggaran dasar dan anggaran rumah tanggan Dharma wanita.
Pendidikan untuk istri pegawai negeri itu penting, karena seperti pendapat john White yang dikutip oleh R.S.Peters dalam buku lima puluh pemikir pendidikan halaman 214 ” Pendidikan tidak mempunyai tujuan lain di luar pendidikan, Nilainya bersumber dari prinsip dan standar yang tersirat di dalamnya. Menjadi seorang yang terdidik tidak harus sampai pada tujuan, tetapi mempunyai suatu pandangan berbeda”
Bagi istri pegawai negeri yang masuk dan aktif dalam organisasi dharma wanita akan mempunyai sikap dan padangan yang berbeda dengan istri pegawai negeri yang tidak pernah mendapatkan pendidikan dari lingkungan organisasi dharma wanita, sebab di dalam organisasi dharma wanita berkembang konsep bermain, indoktrinasi, latihan, pertumbuhan dan sosialisasi.hal ini sesuai dengan teori Peters yang mengkhususkan diri menganalisis konsep pendidikan.
Ada tiga kriteria yang dikembangkan oleh Peters demi keberlangsungan pendidikan yang dibedakan dengan latihan atau indoktrinasi, yaitu:
1. Bahwa pendidikan merupakan penyampaian (transmisi)sesuatu yang berharga kepada mereka yang terikat denganya;
2. Bahwa pendidikan harus mencakup pengetahuan dan pemahaman serta semacam perspektif kognitif yang tidak lembam;
3. Bahwa pendidikan setidaknya mengesampingkan sebagian prosedur penyampaian karena tidak memiliki kesadaran dan kerelaan.
Bisa dipastikan bahwa semua orang punya persoalan, walaupun derajat dan macamnya beraneka ragam, tapi insya allah bagi istri pegawai negeri yang menemui persoalan hidup dan kehidupannya dalam berumah tangga akan terasa ringan karena bisa melakukan komparatif di dalam organisasi dharma wanita dan semua persoalan akan dipermudah,
sebagaimana pendapat Aidh Bin Abdullah Al Qorni dalam bukunya Jadilah Wanita yang paling bahagia di halaman 438 ”Anggaplah oleh dirimu semua urusan itu mudah dan jadilah dirimu seorang yang penyabar menghadapi kegeritannya” jadi wajar bila semua orang berumah tangga menginginkan kebahagiaan karana ”orang yang tidak menginginkan kebahagiaan bukanlah orang yang bahagia”.
Melalui organisasi dharma wanita, para istri pegawai negeri akan belajar berbagi rasa dengan sesama istri pegawai negeri dengan harapan akan muncul saling mencintai dan saling mengkasihi, karena cinta kasih Allah kepada hamba-Nya berarti Allah memberikan dan melimpahkan ni’mat-Nya kepada mereka. Disisi lain bahwa Allah akan menolong seseorang hamba-Nya bila orang itu saling menolong antar sesamanya.
Walaupun di era globalisasi ini peran wanita sudah semakin banyak dan mungkin bisa mengalahkan laki-laki, tetapi setinggi apapun karir seorang wanita tidak akan bisa melepaskan kodratnya sebagai wanita, sehingga diperlukan suatu kemampuan menyeimbangkan antara kemauan,keadaan,kenyataan serta ragam teorai emansipasi wanita supaya tidak keluar dari kodrat kewanitaannya, makanya wanita yang aktif dalam organisasi wanita akan mempunyai banyak pengalaman dalam membuat keseimbangan, apakah dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, penganggaran, pengendalian, pengawasan dalam satu tatanan yang harmonis. Karena konsep keluarga sakinah, mawadah dan warohmah itu adalah meciptakan keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
Percayalah bahwa orang yang biasa beroganisasi akan mempunyai cakrawala yang luas sehingga memahami berbagai karakter manusia, mampu mengantisipasi perubahan dan bisa menyesuaikan diri terhadap orang lain, beradaptasi dengan lingkungan baru, bahkan bisa membaca situasi ”tinggalkanlah perasaan tertindas” nikmatilah dan sadarilah kebahagiaan yang sedang anda alami. Karena orang yang paling bahagia adalah orang yang mampu hidup pada jamannya. Kendatipun ada masalah dalam rumah tangga ”nikmatilah dan bersenang-senanglah karena sesungguhnya segala sesuatu itu pasti ada kesudahannya sebagaimana iapun ada permulaanya”
Yakinilah bila istri pegawai negeri aktif di dharma wanita akan mampu mengarungi sirkel yang tidak berujung pangkal dinikmati apa adanya, dari mulai langkah merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan, menganggarkan sampai pada mengendalikan keberlangsungan kehidupan rumah tangga dengan berbagai Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan di dalamnya, tapi kita enjoy!.
Sikap enjoy itu akan dirasakan bila didasari dengan ketaqwaan sebab dalam surat Ta Tholaq ayat 2-3 dinyatakan ” Wa man yattiqil laahu yaj’al lahu makhraja, wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib, wa man yatawakkal ’alaallaahi fahuwa hasbuhu innallaaha baalighu amrihii, qod ja’ala Ilaahu likulli syai-in qodraa ( Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya ”jalan keluar” dan memberinya rizqi dari arah yang tiada di sangka-sangka. Dan barang siapa bertawaqqal kepada Allah, niscaya Allah akan melaksanakan urusan yang dikehendakinya. Sesungguhnya Dia telah mengedakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu).
0 komentar:
Posting Komentar