Kamis, 03 Mei 2012

Salahkah Bila Aku Cemburu


Pernah ketika Nabi berada di rumah seorang istrinya, salah seorang ummahatul mukminin (istri beliau yang lain) mengirimkan sepiring makanan untuk beliau. Melihat hal itu, istri Nabi yang sedang berdiam di rumahnya segera memukul tangan pelayan yang membawa makanan tersebut hingga jatuhlah piring itu dan pecah. Nabipun mengumpulkan pecahan piring tersebut kemudian mengumpulkan makanan yang berserakan lalu beliau letakkan di atas piring yang pecah seraya berkata: “Ibu kalian sedang cemburu.” Beliau lalu menahan pelayan tersebut hingga diberikan kepadanya ganti berupa piring yang masih utuh milik istri yang memecahkannya, sementara piring yang pecah disimpan di tempatnya. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5225)


Fenomena


Rasa cemburu adalah naluri insaniah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Aplikasinya bisa terjadi pada dua kondisi, terpuji atau tercela. Cemburu yang terpuji adalah cemburu yang tidak menguasai seseorang dan tidak membangkitkan keraguan dan prasangka buruk. Sedangkan cemburu tercela adalah sebaliknya, yaitu yang melahirkan prasangka negatif.


Terkadang cemburu bisa melampaui batas hingga menyebabkan seseorang melakukan tindakan aneh dan memalukan. Seorang istri akan meragukan integritas suami dan menuduh tingkah lakunya macam-macam. Ia berprasangka buruk terhadap suaminya ketika ia berpaling dan melihat seorang wanita yang sedang berjalan.


Ia juga mencurigai suaminya ketika sibuk sehingga melupakan istrinya. Padahal tidak tampak sedikitpun dari suaminya tanda-tanda keburukan atau kecenderungan untuk itu. Apakah ini rasa cemburu seperti ini hanya dimiliki oleh wanita? Tentu TIDAK, tidak jarang kaum lelaki memiliki prilaku cemburu yang sama atau bahkan jauh berlebih hingga mengarah ke arah posesif.


Terkadang juga istri berlebih-lebihan dalam menuntut, sehingga ia menguras harta suaminya habis-habisan. Tujuannya agar hartanya tidak berpindah tangan ke mertuanya, saudaranya atau agar suaminya tak mempunyai kelebihan harta untuk menikah lagi. Hal ini juga bisa ditenggarai oleh kelakuan suami yang terkesan pelit atau menyembunyikan nafkah yang dimilikinya tanpa alasan yang jelas atau bahkan mungkin mengada-ada.


Sebaliknya bagi suami, rasa cemburu yang melebihi batas kewajaran, yaitu yang melahirkan syak wasangka, merupakan tindakan tercela. Karena itu adalah sikap yang melebihi kewajaran dan sangat berlebihan. Rumah tangga yang dibangun dengan pola perlakuan buruk seperti ini dari pihak suami, tentunya tidak akan tegak dengan kokoh. Karena hal itu berten-tangan dengan sikap kasih dan sayang yang harusnya menjadi pilar kehidupan rumah tangga.Sikap cemburu seperti ini dibenci oleh Alloh . Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi .


“Ada rasa cemburu yang dicintai Alloh , dan ada rasa cemburu yang dibenci Alloh. Adapun cemburu yang dicintai Alloh adalah rasa cemburu ketika ada tanda-tanda perilaku yang menyimpang, sedangkan cemburu yang dibenci Alloh adalah cemburu yang tidak dilandasi kecurigaan penyimpangannya… (HR. Abu Dawud)


Dalam hadits di atas terdapat ancaman tegas terhadap para suami seperti mereka ini; jika mereka tidak mau berlepas diri dari kelakuan mereka tersebut. Karena tindakan tersebut mengakibatkan timbulnya kerusakan sosial dan probelmatika keluarga yang dapat menghancurkan eksistensinya.


Solusi Praktis


Untuk mengobati rasa cemburu yang tercela ini, disarankan hal-hal berikut:


1. Ketika ada perilaku pasangan kita yang menorehkan luka, hendaknya diadakan forum introspeksi dari masing-masing pasangan. Dalam forum tersebut, jujur dan terbuka sangat dituntut untuk mencairkan masalah.


2. Memperingatkan mereka akan bahaya yang dilakukan, pelanggaran mereka terhadap agama, dan keluar dari kehidupan rumah tangga yang sehat dan wajar. Juga bahwa hal itu menodai kehormatan diri, karena telah melem-parkan tuduhan bathil terhadap pasangannya yang tak bersalah. Dan hal itu juga telah melanggar hak hamba pada hukum hudud Alloh .


3. Akan sangat bermanfaat sekali bagi orang-orang seperti ini untuk memaparkan kehidupan Nabi bersama keluarganya. Meskipun Beliau ini lebih pencemburu dibanding mereka, namun Beliau tidak melakukan tindakan yang cenderung tidak baik seperti yang mereka lakukan.

4. Realita yang ada menegaskan bahwa sebagian perempuan justru memanfaatkan sifat yang ada pada suaminya ini. Ia melakukan tindakan yang memprovokasi (memanas-manasi) suami melalui sifat tersebut. Misalkan saja istri menampakkan sebagian perhiasannya (yang seharusnya tidak boleh ia tampakkan), atau berbicara dengan seorang lelaki dengan suara yang menggoda. Atau sebaliknya, adapula laki-laki yang melakukan hal-hal tersebut. Dan ini merupakan hal yang sangat berbahaya, karena dapat mengancam kebahagiaan kehidupan suami-istri dan ketenangan rumah tangga.


5. Dalam berbagai kondisi seperti ini, pihak yang mengupayakan adanya ishlah (upaya damai) sebaiknya me-muji perangai dan kualitas agama masing-masing didepan pasangannya. Langkah ini akan meredakan gejolak suami dan menenangkan dirinya, serta memalingkan bisikan nafsunya.


Demikianlah solusi praktis yang bisa diupayakan untuk mengurangi rasa cemburu yang berlebihan. Karena cemburu yang berlebihan bukan hanya tidak baik dari segi agama saja, akan tetapi perbu-atan tersebut akan mengurangi harmo-nisasi rumah tangga.


Sebuah Renungan


Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat.


Alloh berfiman:

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS. Al-Hadid: 23)


Seseorang dituntut untuk senantiasa menjaga perasaannya atas setiap persitiwa, baik yang memilukan ataupun yang meng-gembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan.


Seseorang yang bisa memenej rasa cem-burunya dengan baik, maka dia berhasil mengendalikan perasaannya. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan keber-hasilannya mengalahkan nafsu.


Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresah-kan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya geme-tar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya.


Akan tetapi barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus.


Oleh karena itu, pentingnya bagi kita untuk senantiasa berbaik sangka kepada siapapun (kaum muslimin) termasuk kepada pasangan kita. Dengan pola demikian, maka hidup kita akan diliputi ketenangan dan kenyamanan. Tenaga tidak terkuras habis hanya untuk hal yang sepele.


Akhirnya kita berdo’a kepada Alloh agar ditetapkan dalam perasaan yang baik. Perasaan yang senantiasa memancarkan sinar positif kepada siapapun, sehingga keberkahan akan senantiasa kita dapatkan dari Alloh . Keluarga yang sakinah, ma-waddah dan rahmah merupakan cita-cita setiap pasangan suami istri. Tentu ini tidak akan terjalin manakala diantara keduanya sudah hilang saling percaya dan mengedepankan cemburu buta. Semoga kita tidak demikian.


Rasululloh sebagai suri tauladan kita sejak jauh-jauh hari telah menerapkan metode tersebut, sehingga kita sebagai ummatnya yang senantiasa bertittiba’ kepada beliau dapat mencontoh apa yang beliau lakukan. Sekaligus juga me-nerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar